Selasa, 24 Juni 2014

Sebaiknya Jokowi' Mengakat Bendera Putih' Lebih Terhormat



Dari tiga kali debat yang digelar KPU tentang masalah-masalah mendasar mengenai bangsa Indonesia. Dimulai dari masalah pembangunan demokrasi, kesejahtraan, hak asasi manusia, ekonomi, pertahanan keamanan, semua menunjukan kapasitas Jokowi. Rakyat bisa menilai kualitas kepemimpinan sosok Jokowi sebagai calon presiden. Debat capres yang diselenggarakan KPU itu, bisa menjadi indikator terhadap calon presiden layak atau tidak memimpin negri ini.

Presiden atau pemimpin tidak bisa lahir secara instan. Presiden atau pemimpin tidak bisa lahir dari proses rekayasa. Presiden atau pemimpin tidak bisa hanya lahir hanya dari proses pencitraan. Presiden atau pemimpin harus benar-benar lahir dari sebuah ujian. Ujian dari hari kehari, bulan kebulan, tahun ketahun dengan berbagai ujian. Seperti batu berliaan yang digosok, kemudian menjadi berlian. Bukan hasil dari polesan.

Tiga kali debat capres yang digelar KPU, menjadi 'ujian' bagi Jokowi apakah dia seorang calon presiden atau pemimpin yang layak untuk didukung atau tidak? Tiga kali debat capres antara Prabowo dan Jokowi sudah sangat dengan jelas memberikan gambaran kepada rakyat tentang kualitas dan kapasitas Jokowi. Memang Jokowi sudah layak atau belum memimpin bangsa ini.

Jokowi bukan  hanya tidak mampu menyampaikan visi dan misinya dengan bahasa tutur secara baik, Ia juga tidak bisa menguasai  dan memahami subtansi masalah. Sekalipun sudah dibentuk 'tim ahli'  dari berbagai ahli yang mempersiapkan visi -misi, dan materi lainnya. Tetap saja Jokowi tidak mampu mengartikulasikan bahkan terkadang tampak gugup. Meskipun sudah membaca dan melihat catatan. Ternyata tidak cukup hanya dihapal materi yang sudah disiapkan 'tim ahli' .

Ini hanyalah gambaran, kalau Jokowi belum waktunya untuk memimpin bangsa ini. Kualitasnya, kapasitasnya, kemampuanya, pandangannya, ilmu pengetahuannya, dan Jokowi madih sangat lemah dari segi 'lendershipnya' ketika harus berhadapan dengan fihak-fihak yang memiliki kepentingan dengan bangsa Indonesia. Jika Jokowi dipaksakan menjadi  presiden dan pemimpin maka akan menghacurkan dirinya sendiri, dan bangsa Indonesia. Jokowi bukanlah seperti 'Bung Karno' yang sudah jelas terlihat saat debat capres.


Indonesia bangsa yang besar, yang luas daratannya tiga kali Eropa, berpenduduk 250 juta jiwa,ditengah tengah perubahan global, dan era keterbukaan yang sangat berpotensi mengacam eksetensi bangsa Indonesia. Sehingga diperlukan 'seorang tokoh' yang benar-benar mumpuni memimpin bangsa ini.

Pilihan 'mengakat bendera putih' menjadi sangat terhomat dan berharga bagi Jokowi, Mega, para Jendral, dan kolongmerat pendukung Jokowi. Tidak terus memaksakan Jokowi. Karena hanya akan menghancurkan, dan mereka akan kehilangan masa depan,jika rakyat memvonisnya, tanggal 9 Juli nanti.  Wall'ahu alam.



voa-islam.com




Tidak ada komentar:

Posting Komentar