Minggu, 16 Januari 2011

KEMATIAN HANYA KETIADAAN HIDUP DI DUNIA

Ayat-ayat Al-Qurran dan hadits Nabi menunjukan bahwa kematian bukanlah ketiadaan hidup secara mutlak, tetapi ia adalah ketiadaan hidup di dunia, dalam arti bahwa manusia pada hakekatnya masih tetap hidup di alam lain dan dengan cara yang tidak diketahui sepenuhnya.

Janganlah kamu menduga bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, tetapi mereka tetap hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki [QS Ali-Imran (3):169]

Janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang meninggal dijalan Allah bahwa " mereka itu telah mati", sebenarnya mereka hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya [QS Al-Baqarah (2):154]

Imam Bukhari meriwayatkan melalui sahabat Nabi Al-Bara'bin Azib, bahwa Rasullulah SAW, bersabda ketika putra beliau, Ibrahim, meninggal dunia,"sesungguhnya untuk Dia (Ibrahim) ada seseorang yang menyusukannya di surga."

Sejarawan Ibnu Ishak dan lain-lain meriwayatkan bahwa ketika orang-orang musyrik yang tewas dalam peperangan Badar dikuburkan dalam satu perigi oleh Nabi dan sahabat-sahabatnya, beliau "bertanya" kepada mereka yang telah tewas itu;" wahai penghuni perigi! adakah kamu telah menemukan apa yang dijanjikan Tuhanmu itu benar-banar ada? Aku telah mendapati apa yang telah dijanjikan Tuhanku."

"Rasul" mengapa Anda berbicara dengan orang-orang yang telah tewas?" tanya para sahabat. Rasul menjawab: Ma antum bi asma' mimma aqul minhum, walakinnahum la yastathi'una an yujibuni ( Kamu sekalian tidak lebih mendengar dari mereka, tetapi mereka tidak dapat menjawabku).

Mengapa Takut Mati?

Al-Qurran telah menjelaskan bahwa hidup diahirat jauh lebih baik dari pada hidup di dunia.

" Sesungguhnya ahirat itu lebih baik untukmu dari pada dunia [ QS Al-Dhuha (93):4]

Yang mati mendadak atau yang normal, kesemuanya mengalami apa yang dinamakan sakarat al-maut[sekarat], yakni hilangnya kesadaran yang di ikutti lepasnya ruh dari jasad.

Kematian hampir sama prosesnya ketika kita akan tidur. Seseorang merasa kantuk kemudian tertidur. Surat Al- Zumar (39): 42 yang dikutip selama ini mendukung pandangan yang mempersamakan mati dengan tidur. Dalam hadits pun diajarkan bahwasnya tidur identik dengan kematian. Bukankah yang diajarkan Rasullulah SAW. untuk dibaca pada saat bangun tidur adalah;

"segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami (membangunkan dari tidur), setelah mematikan kami (menidurkan). Dan pada-Nya jua kebangkitan (kelak).

Kalau demikian, mati itu sendiri "lezat dan nikmat", bukankah tidur itu demikian? tetapi tentu saja ada faktor-faktor eks yang menjadikan kematian menjadi lebih nikmat dari tidur atau menjadikannya menjadi lebih mengerikan dari pada mimpi-mimpi buruk yang dialami manusia. Faktor eks itu muncul dan diakibatkan amal manusia yang diperankannya dalam kehidupan di dunia ini.

Disisi lain, manusia dapat "menghibur" dirinya dalam menghadapi kematian dengan jalan selalu mengingat dan menyakini bahwa setiap manusia pasti akan mati, tidak seorang pun yang luput darinya, kareana "kematian" adalah resiko hidup. Al-Qurran menyatakan; "bahwa setiap jiwa akan merasakan kematian [ QS Ali-Imran(3):83]

Sebagai seorang mukmin agar tidak khwatir dalam menghadapi kematian, sementara yang tidak beriman atau yang durhaka diajak untuk bersiap-bersiap menghadapi berbagai ancaman dan siksaan.

Semoga kita semua mendapatkan keridhaan Ilahi dan surga-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar