Selasa, 25 Januari 2011

BUAH MAJA

Sejak zaman dulu nenek moyang kita mengenal buah Maja, yaitu buah yang mengilhami Raden Wijaya menamakan kerajaanya dengan nama Majapahit.
Buah Maja bentuknya sangat menarik, hampir-hampir menyerupai buah semangka. Bagi orang-orang yang sedang dahaga, buah Maja ini terlihat sangat menantang. Tetapi ketika orang mencoba memakannya, maka ia akan kecewa, karena buah Maja ini rasanya pahit bukan kepalang!

Di zaman modern seperti sekarang ini, buah Maja sudah berubah bentuk, walaupun tetap menantang; yaitu kemewahan.
Para ahli hikmah hikmah yang mampu melihat jauh kedalam, sepakat menyimpulkan bahwa kemewahan hidup akan menggiring manusia kedalam kepahitan, yaitu terpuruk kedalam jurang kehancuran. fakta pun menunjukan, gaya hidup yang penuh kemewahan akan membuat orang menjadi lalai akan tujuan kehadirannya di dunia; berpikiran pendek, tidak mempunyai idealisme yang luhur, serta jauh dari cita-cita mulia.

Ibnu Khaldun pernah mengatakan bahwa kehidupan mewah akan merusak manusia. Ia menanamkan pada diri manusia berbagai macam kejelekan, kebohongan, dan prilaku hidup buruk lainnya. Nilai-nilai agung akan hilang dari dirinya, dan berganti dengan nilai-nilai bejat yang merupakan sinyal kehancuran menuju kepunahan.

Banyak orang yang mengejar kemewahan mengambil jalan pintas; mengabaikan nilai-nilai ahlak atau rambu-rambu moral. Bukankah adanya penipuan, perampokan, penyalah gunaan kekuasaan(korupsi), bermuara dari keinginan untuk hidup mewah?

Para bijak mengatakan, kemudahan rezeki yang diperoleh, hendaknya tidak membuat kita lupa diri terperosok dalam gaya hidup bermewah-mewah yang jauh dari kesederhanaan. Dunia memang indah, namun harus disadari ahirat jauh lebih manis dan kekal abadi.
Rasululah mengingatkan bahayanya hidup bermewahan dengan sabdanya yang terkenal;

" Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan diantara kalian sepeninggalku nanti ialah terbuka lebarnya kemewahan dan keindahan dunia ini padamu" [HR.Bukhari & Muslim]

Orang yang berperilaku hidup mewah, sudah terbukti cendrung membangkang pada perintah-perintah Tuhan. Kecendrungan ini boleh jadi sudah merupakan sunatullah, sebagai mana yang di isyaratkan oleh Allah dalam firman-Nya sebagai berikut ini;

Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam dalam negeri itu....
[ Al-Isra(17):16]


"Merasa puas terhadap apa yang diperoleh,
membuat orang fakir seolah kaya-raya;

Sedangkan serakah,
dapat membuat arang kaya seolah-olah fakir!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar