Senin, 23 September 2013

Sekilas Tentang Raden Patah

Raden Patah adalah putra prabu briwajaya, Raja Majapahit terahir. Raden Patah dikisahkan berguru dengan Sunan Ampel di Surabaya dan kemudian dinikahkan dengan putri sang guru yang bernama Dewi Murtosiomah. Sebagai penguasa,negarawan,seniman,ahli hukum dan ilmu kemasyarakatan, dan juga ulama. Raden Patah berperan penting dalam mengembangkan kesenian wayang agar sesuai dengan ajaran Islam. Raden Patah yang saat berkuasa menggunakan gelar Senapati Jimbun Ningrat Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama, dianggap sebagai pendiri kesultanan Demak. Makamnya terletak dibelakang Masjid Agung Demak, berbentuk kijing sederhana dari bahan pualam kuning dibagian luar cungkup makam Sultan Trenggana, untuk mengagantikan batu andesit yang lama, justru menghilangkan kesan kekonoan makam pendiri Kesultanan Demak Tersebut. Disebelah Makam Raden Patah terletak Makam Istrinya, Makam Adipati Unus, Makam pangeran  Sekar Seda Lapen, Pangeran Mekah, Pangeran Ketib, dan Raden Kusen.



Pendidikan dan pengembangan keilmuan

Pendidikan  awal yang diperoleh Raden Patah dipastikan berasal dari ibunya, yang tentunya menanamkan dasar kaidah-kaidah ajaran Islam. Selain itu Raden Patah juga belajar ilmu agama dan pemerintahan kepada Arya Damar. Pada saat dewasa , sewaktu kebutuhan Ilmu keIslaman makin banyak, Raden Patah merasakan ketidak puasan mendapat pelajaran agama dari Arya Damar yang masih mengikuti nilai-nilai ajaran agama lama.

Dalam pengembaraan mencari ilmu Raden Patah dan Raden Kusen dikisahkan sampai  dipinggir laut dan berjumpa dengan pelaut Cina yang membawa mereka berdua ke Jawa dengan kapalnya. Setelah tiba dijawa mereka berdua dihadapkan dengan Sunan Ampel guna menyampaikan keinginannya untuk belajar agama Islam. Raden Patah dan Pangeran Kusen ahirnya diterima sebagai murid oleh Sunan Ampel. Bahkan Raden Patah kemudian dinikahkan dengan putri Sunan Ampel yang bernama Dewi Murtosimah, dan RadenKusen dinikahkan denagan cucu Sunan Ampel yang bernama Nyai Wilis. Demikianlah, kabar putra dan cucu Raja Majapahit itu tersiar sampai ke Ibu kota dan dikabarkan kepada Raja Majapahit.
Menerima laporan itu sang Prabu mengundang Raden Kusen, cucunya ke Istana. Dihadapan Raja Raden Kusen menyatakan keinginannya untuk mengabdi kepada Raja yang tiada lain adalah kakeknya. Prabu Brawijaya berkenan dengan cucunya itu. Keinginan Raden Kusen untuk mengabdi diterima dengan suka cita. Lalu Prabu Brawijaya mengakat Raden Kusen  menjadi seorang Adipati , sang pancatandha di negri Terung.
    
    Setelah Raden Kusen menjadi Adipati di Terung, Sunan Ampel memerintahkan Raden Patah untuk membuka pedukuhan baru, dan menyebarkan Agama Islam kepada masyarakat disekitar pedukuhan baru tersebut.Raden Patah pergi ke Demak dan mendirikan pedukuhan disana. Dalam waktu singkat Raden Patah sudah bisa membangun Demak menjadi besar. Kemudian Raden Patah diundang ke Majapahit menghadap Prabu Brawijaya. Raden Patah pun menghadap ke Majapahit menghaturkan bakti setia kepada Prabu Brawijya yang juga orang tuanya. Raden Patah kemudian diangkat menjadi Adipati di Bintara.

Dakwah Raden Patah

Dakwah Islam di Nusantara tidak terlepas dari keberadaan Wali Songo. Mereka adalah guru-guru Sufi yang dikenang sebagai perintis awal dakwah, yang menyisakan jejak-jejak  sufisme  pada Islam Nusantara, terutama dijawa. Raden Patah , pendiri kerajaan Demak memang tidak termasuk dalam Wali Songo, namun kedudukannya sebagai salah satu dari jamaah Wali yang ikut berperan dalam gerakan  dakwah Islam, tidak dapat diabaikan.
 Dalam pengembangan seni budaya terutama seni pewayangan yang merupakan puncak kesenian, karena merupakan gabungan dari seni lukis,seni pahat, seni bentuk, seni drama, seni suara, satra, dikembangkan secara besar-besaran  pada saat Raden Patah berkuasa. Raden Patah sangat senang dengan kesenian wayang yang juga sangat digemari oleh penduduknya. Namun Raden Patah sebagai penguasa, negarawan, seniman, ahli hukum, ahli ilmu kemasyarakatan, dan juga ulama yang memiliki kemampuan membaca fonomena sosial kemudian mereflesikannya sebagai kebijakan dalam membangun masyarakatnya, membutuhkan pertimbangan yang matang untuk mengembangkan kesenian wayang agar sesuai dengan ajaran Islam. Demikianlah, setelah meminta pertimbangan kepada beberapa anggota Wali Songo, diperoleh pendapat sebagai berikut;


  1. Seni wayang perlu dan dapat diteruskan, asal diadakan perubahan-perubahan yang sesuai dengan zaman yang sedang berlaku;
  2. Kesenian wayang dapat dijadikan media dakwah yang baik;
  3. Bentuk wayang diubah, bagaimana dan dibuat dari apa, terserah asal tidak lagi berwujud seperti arca-arca yang mirip dengan manusia;
  4. Cerita-cerita dewa harus diubah dan diisi paham yang mengandung jiwa Islam untuk membuang kemusyrikan;
  5. Cerita wayang harus diisi dakwah agama yang mengandung keimanan, ibadah, ahlak, kesusilaan,dan sopan-santun;
  6. Cerita-cerita wayang  terpisah menurut karangan walmiki dan wiyasa harus diubah lagi menjadi dua cerita yang bersambung dan mengandung jiwa Islam;
  7. Menerima tokoh-tokoh cerita wayang dan kejadian-kejadian hanya sebagai lambang yang perlu diberi  tafsiran tertentu yang sesuai dengan perkembangan sejarah, dimana tafsiran-tafsiran tersebut harus sesuai dengan ajaran Islam;
  8. Pegelaran wayang harus mengikuti aturan- aturan susila dan jauh dari maksiat;
  9. Memberikan warna yang sesuai dengan dakwah Islam pada seluruh unsur seni wayang, termasuk gamelan,tembang-tembang, tokoh-tokoh, dan lakon-lakon.     
Demak, yang semula sebuah pedukuhan yang digabungkan dengan kota Bintara, dibawah Raden Patah berkembang menjadi kota yang memiliki pengaruh di Jawa sampai Palembang, Jambi, Bangka, Belitung, dan Tanjung Pura. Berdasarkan pemaparan diatas, tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan Raden Patah  selaku pendiri Kerajaan Demak Bintara  memiliki peranan yang tidak kecil dalam proses dakwah Islam di Nusantara, khususnya diJawa. Sebab dengan kekuasaan politis yang dipegangnya berbagai aspek dakwah yang berhubungan dengan kehidupan sosial,ekonomi, seni, sastra, dan tradisi keagamaan dapat diarahkan dan dikembangkan secara lebih efektif terutama dengan adanya faktor kebijakan pemerintah,dukungan afaratur, peran cendekiawan, dan bangsawan, termasuk dukungan finansial. Disamping itu kraton sebagai pusat pengembangan kebudayaan, yang sejak awal kekuasaan Raden Patah sudah diorentasikan kepada pengembangan budaya Islam. Atas jasa-jasanya itulah makam Raden Patah sampai sekarang ini dimuliakan dan banyak dikunjungi umat Muslim Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar