Sabtu, 23 Agustus 2014

KEUTAMAAN MASJID DAN TUJUH GOLONGAN YANG MENDAPAT NAUNGAN ALLAH



Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Rasullulah beliau bersabada, " Tujuh golongan yang Allah naungi mereka pada hari yang tak ada naungan selain naungan-Nya; yakni pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh  dalam ibadah kepada Rabbnya, seseorang yang hatinya tergantung di masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang dirayu wanita terhormat lagi cantik  lalu ia mengatakan 'sesungguhnya aku takut kepada Allah', seseorang yang bersedekah dimana ia menyembunyikan (sedekahnya) hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan tangan kanannya, dan seseorang yang mengingat Allah seorang diri lalu kedua matanya melelehkan air mata." 




Penjelasan makna hadits 


" Tujuh golongan," yakni , tujuh golongan manusia.

"Dalam naungan-Nya" yakni, naungan 'Arsynya'.
"Pemimpin yang adil" yakni, yang mengikuti perintah-perintah Allah.

"Hatinya tergantung di masjid" yakni, masudnya ia menunggu waktu-waktu shalat. Ia tidak mengerjakan satu shalat dimasjid lalu keluar darinya kecuali ia menunggu-nunggu shalat lain untuk ia kerjakan di dalam masjid.

"Karena Allah" yakni, bukan karena tujuan duniawi.

"Wanita terhormat" yakni, keturunan terhormat, terpandang, kaya raya.

"Lagi cantik" yakni, yang menawan untuk mengajak zina.

"Mengingat Allah," yakni, dengan lidah dan hatinya.

"Seorang diri", yakni, menyepi dari mahluk.




Rasullulah menceritakan kepada kita sifat tujuh kelompok yang Allah menjaga mereka nanti pada hari kiamat. Artinya, Dia menganugrahi mereka kehormatan, meliputi mereka dengan perlindungan-Nya dan menyelimuti mereka dengan rahmat-Nya pada hari semua manusia bangkit menghadap Rabb alam semesta dan matahari berada dekat dengan mereka.

Orang yang adil adalah orang  yang mengerjakan sesuatu pada tempatnya . Dikatakan pula,orang yang bersikap pertengahan dalam mengerjakan amal-amalnya untuk Allah, tidak kurang dan tidak berlebih-lebihan, baik dalam masalah akidah, amal maupun ahlak. Dikatakan juga, orang yang memperhatikan hak-hak rakyat.

Pemimpin yang adil ini meliputi setiap orang yang diberi amanat memegang perkara-perkara kaum muslimin dari para pemimpin dan penguasa dan semua orang yang mengepalai satu tugas dimana ia takut kepada Allah dalam urusan amanat ini.

Hadist ini berisi;


  1. Ajuran berbuat adil dan istiqamah.
  2. Memurnikan ibadah semata-mata untuk Allah.
  3. Menjalin interaksi yang baik dengan Allah dan antar sesama hamba.
  4. Keutamaan sedekah sunah dan sedapat mungkin merahasiakannya. Adapun sedekah wajib(zakat), yang paling afdhal ditampakkan.
  5. Keutamaan menangis karena takut dan gentar kepada Allah disertai iftah, zuhud dan mengerjakan amal-amal shalih untuk Allah. Dia berfirman," Barang siapa  yang mengerjakan amal amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan  yang baik dan sesungguhnya akan kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih  baik dari apa yang mereka kerjakan" (An-Nahl (16):97). Firman-Nya, "Maka barang siapa yang mengerjakan amal saleh, sedang ia beriman, maka tidak ada pe gikaran terhadap amalannya itu untuknya."(Al-Anbiya'(21):94). Firman-Nya," Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari kami, mereka itu dijauhkan dari neraka , mereka tidak mendengar sedikitpun suara api neraka, dan mereka kekal dalam menikmati apa yang diingini oleh mereka. Mereka tidak disusahkan oleh kedashsyatan yang besar (pada hari kiamat), dan mereka disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata): inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu." (Al-Anbiya'(21):103).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar