Jumat, 19 September 2014

Lakon Nusantara " Bethara Antaga Jadi Ratu"



Kehidupan politik Nusantara  diwarnai dengan kisah  lakon " Togog dadi ratu". Keadaan ini lebih parah dari lakon " Petruk dadi ratu". Garis besar lakonnya yakni Tejomantri atau Togog menjadi raja dan jabatan patih dipegang oleh Saraita alis Mbilung. Togog dan Mbimlung merupakan punakawan atau pamomong bagi para "satria"  dari kelompok kurawa. Namun Togog dan Mbilung terkesan sebagai " kawula alit" sehingga menarik simpatik rakyat. Disaat rakyat sedang krisis kepercayaan kepada raja dan para pemimpinnya. Penanpilan Togog dan Mbilung cukup memukau rakyat. Terutuma kesan " kawula alit" itu yang kemudian membuat rakyat kecil banyak yang jatuh hati untuk memilihnya menjadi raja. Dalam benak rakyat 'pokoke asal beda taste' . Togog dan Mbilung bukanlah tokoh penjahat, tapi keduanya juga bukanlah tipikal pemimpin, melainkan propil mentalitas wong-cilik yang anut grubyuk dan watun manut.  Rakyatpun rupanya lupa bahwa diantara keduanya mempuyai karakter dan sifat kontradiktif, sehingga keduanya sering berselisih paham, dan sulit menemukan kekompakan diantara keduanya.

Seumpama Mbilung mengajak jalan keutara, sebaliknya Togog mengajak jalan keselatan. Togog berkata "ya" Mbilung berkata "tidak" . Meskipun sipat keduanya sangat konradiktif tetapi oleh situasi dan kondisi yang mem-vait a compli kedunya untuk menjadi pasangan sesaat menjadi ratu.

Togog dan Mbilung tidak berani berperang untuk menghentikan kejahatan yang dilakukan kelompok Kurawa, justru keduanya malah melawan kelompok yang baik-baik yakni Punakawannya para kesatria Pundawa; Semar, Gareng, Petruk, Bagong,. Keadaan negara akan semakin tidak menentu, rakyat semakin menderita. Setelah fase itu berlalu, barulah kemudian tampil sang Kesatria sejati sang penyelamat kerajaan.

Biarlah lakon ' Togog-Mbilung Dadi Ratu' akan menjadi pembelajaran berharga agar semuanya bisa berubah menjadi lebih baik.  




Ki Sabda Langit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar