Jumat, 14 November 2014

Habib Abdulah Al Haddad Dan Tarekat Alawiyyah


Nama lengkapnya Abdullah bin Alwi bin Muhammad al Haddad, al Husaini, asy Syafi'i al Hadhrami atau Habib Abdullah al Hadad. Dalam sejarah Tarekat Alawiyyah, nama Al Haddad tidak bisa dipisahkan, karena dialah yang banyak memberikan pemikiran baru tentang pengembangan ajaran Tarekat ini.

Ia lahir di Tarim, Hadramaut, pada 5Safar 1044 H. Ayahnya, Sayid Alwi bin Muhammad al Haddad, dikenal sebagai orang yang saleh. Al Hadad sendiri lahir dan besar  dikota Tarim dan lebih banyak diasuh oleh ibunya, Syarifah Salma, seorang ahli ma'rifah dan wilayah (kewalian).

Peranan Al Haddad dalam memopulerkan  Tarekat Alawiyyah keseluruh penjuru dunia memang tidak kecil, sehingga kelak Tarekat ini dikenal juga dengan nama Tarekat Haddadiyyah.

Perananan Al Haddad itu misalnya, ia telah memberikan pengertian dasar-dasar Tarekat Alawiyyah. Ia mengatakan bahwa Tarekat Alawiyyah adalah Thariqah Ashhab al Yamin, atau Tarekatnya orang-orang yang menghabiskan waktu untuk ingat dan selalu taat kepada Allah dan menjaganya dengan hal-hal baik yang bersipat ukhrawi. Ihwal suluk, Al Haddad membaginya dalam dua bagian;

Pertama. kelompok  Khashshah (khusus), yaitu mereka yang sudah sampai pada tingkat muhajadah, dan mengosongkan diri baik lahir maupun batin dari selain Allah. Disamping membersihkan diri dari segala perangai tak terpuji hingga sekecil-kecilnya dan menghiasi diri dengan perbuatan-perbuatan terpuji.

Kedua, kelompok 'ammah (umum), yakni mereka yang baru memulai perjalanan hidupnya dengan mengamalkan serangkaian perintah As sunnah. Dengan kata lain dapat disimpulkan Tarekat Alawiyyah adalah Tarekat 'ammah, atau sebagai jembatan awal menuju Tarekat Khashshah.

Karena itu, semua ajaran salaf Ba Alawi menekankan adanya hubungan antara Syekh (musryid), perhatian saksama dengan ajarannya, dan membina batin dengan ibadah. Amal saleh dalam ajaran Tarekat ini juga sangat ditekankan, dan untuk itu diperlukan suatu Tarekat yang ajarannya  mudah dipahami oleh masyarakat awam.

Al Haddad juga mengajarkan bahwa hidup ini adalah Safar (perjalanan menuju Tuhan). Safar adalah siyahah ruhaniyyah (perjalanan rekreatif yang bersipat rohani), perjalanan yang dilakukan untuk melawan nafsu dan sebagai media pendidikan moral. Oleh karena itu, didalam safar ini, para musyafir setidaknya membutuhkan empat hal;
Pertama, ilmu yang akan membantu untuk menyusun strategi. Kedua, sikap wara ' yang dapat mencegahnya dari perbuatan haram. Ketiga, semangat yang menopangnya. Keempat, moralitas yang baik yang menjaganya.

Sayid Abdullah al Haddad penyusun Ratib Al Haddad kembali ke rahmatullah pada malam Selasa tanggal 7 Zulkaidah 1132 H, dalam usia 89 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar