Jumat, 30 Mei 2014

Koalisi Jilat Ludah

 Kalau ada orang atau kelompok yang terbiasa plin plan, " menjilat ludah" sendiri  kemudian membuat sebuah barisan, boleh dong kita sebut barisan itu " koalisi jilat ludah".?  1 Febuari 2010, 45 tokoh nasional mendirikan ormas Nasional  Demokrat (Nasdem). Surya Paloh sebagai pendiri sekaligus ketua umum ormas Nasional Demokrat. Saat baru didirikan Surya Paloh menyebut Nasdem tidak akan menjadi partai. " Biarlah Nasdem tetap menjadi ormas. tak perlu menjadi partai politik. Kita akan tetap memberikan peluang kepada akademisi, politisi, dan masyarakat luas untuk bergabung, tegas Surya Paloh disela pelantikan pengurus Nasdem di Sumatra Barat di Hotel Pangeran Beach, Padang, Jumat14/1/2011.
Pada tanggal 26 Juli 2011 didirikan sebuah partai baru bernama sama ; Partai Nasional Demokrat (Partai Nasdem). Kesamaan nama ini bukan kebetulan, karena kemudian Surya Paloh mundur dari ormas yang didirikannya dan memilih menjadi ketua umum Partai Nasdem. Lewat kongres tanggal 25 Januari 2013, Surya Paloh diangkat Menjadi ketua partai Nasdem.
Dibarisan yang sama ada PKB, yang pernah menilai kalau Jokowi, belum pantas menjadi Presiden. Periode Desember 2013 tentu belum lama . Saat itu wasekjen PKB Abdul Malik Haramain berujar " saat ini  belum ada hasil besar Jokowi untuk Jakarta , jadi kapasitasnya masih meragukan" ia juga mengatakan " sebab kami dalam mencari capres  bukan  hanya dari sosok popularitas dan elektabilitas yang tinggi saja tapi juga kapasitasnya. Nah  ini yang belum dimiliki Jokowi dalam arti dia belum terbukti untuk memimpin  intitusi besar". Tapi lima bulan kemudian partai ini kemudian menjadi pendukung pencalonan Jokowi.


Selanjutnya pak Jusuf Kala. Banyak orang yang heran mengapa pak Jusuf Kala mau mendapingi Jokowi sebagai capres. Padahal banyak orang yang setuju dengan ucapan yang pernah JK ucapkan tentang Jokowi "biarlah DKI dulu, itu masalah popularitas , belum membuktikan mampu mengurus Jakarta". Pak Jk juga mengatakan " negara ini bisa hancur kalau Jokowi  dicalonkan jadi presiden". Tapi kata-kata yang keluar dari mulut pak Jk menjadi "ludah yang terjilat kembali" karena pak JK menerima menjadi cawapres Jokowi.

Tanggal 19 Desember , merdeka.com  pernah mengeluarkan tulisan yang berjudul " Anies Baswedan sebut blusukan Jokowi cuma pencitraan." kata Anies saat itu adalah " saya ngak mau pencitraan dengan blusukan, bukan cuma mendengarkan tapi mengajak berubah. Blusukan itu hanya nonton masyarakat. Hanya hadir lalu kesannya sudah melakukan". Tapi kemudian Anies Bawesdan menjadi tim sukses Jokowi. Koalisi jilat ludah???.    Adrinof Chaniago seorang dosen  UI pendukung duet Jokowi-Ahok, juga bersikap yang sama .
Via akunt twiternya, ia katakan akan mengecam Jokowi atau Ahok yang berniat meninggalkan jabatan pada 2014!"  begitu tulisnya. Tapi ketika Jokowi  maju menjadi capres malah mendukung. 
Kemudian janji pak Jokowi sendiri yang  bahwa ia akan komet memimpin Jakarta lima tahun kedepan. Video janjinya berada dimana mana. kenyataannya kini dia maju menjadi capres.

Sumber; http://www.suaranews.com//2014/05/koalisi-jilat-ludah-jokowi-jusuf-kalla.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar