Rabu, 19 Februari 2014

Ingatkan Diri Agar Peduli Pada Sesama

Banyak yang menangis karena lapar, banyak yang merintih karena kesusahan. Tapi kita menangis karena tawa yang tak tertahankan dan merintih karena kekenyangan.  

Di satu hari raya, Rasululah terlambat datang memimpin shalat sunah idul fitri. Sahabat bertanya apa gerangan yang menunda kedatangan Rasul. Rupanya diperjalanan, Rasul melihat anak yang sedang menangis, tak berpakaian, tak berayah, dan berperut kosong. Beliau memilih untuk membelai dulu anak yatim tersebut, menyapanya lembut dengan uluran tangannya dan memenuhi kebutuhannya. Inilah yang menyebabkan Rasululah terlambat datang. Kisah Rasul memang sarat dengan kisah kepedulian, sarat dengan kisah kasih sayang terhadap sesama.

Dari kisah diatas apakah kita sudah bertanya pada diri kita sendiri ;
Sudah berapa lamakah kita tidak membelai kepala anak yatim dan kita gembirakan hatinya? Atau jangan-jangan tidak pernah.

Sudah berapa lamakah kita tidak mengetuk pintu tetangga yang kita tahu sedang kesusahan? Atau jangan-jangan malah tidak pernah kita bukakan pintu ketika ia mengetuknya.

Adakah kita berpesta, sementara tetangga kita yang miskin kita lewatkan tidak diundang.

Ketika kita gajian, atau berhasil dalam usaha pernahkah kita berpikir siapa yang akan kita santuni? Atau lebih banyak berpikir mau senang-senang dimana nih.

Dan seterusnya, dan seterusnya. 

Barang siapa yang ingin diangkat segala kesusahannya, hendaknya ia meringankan kesusahan sesama.

Munajat;  

Lama sekali kepedulian menghilang dari ingatan hamba, begitu juga dengan sifat kasih sayang kepada sesama. Sudah lama hamba tidak tersentuh dengan tangisan bayi yang kehilangan air susu ibunya. Sudah lama hamba kehilangan rasa iba kepada mereka yang sakit yang kehilangan kesempatan untuk berobat. Sudah lama tak kasihan dengan mereka yang tidak ketemu makanan, sedangkan kenikmatan hidup berlimpah dalam kehidupan hamba.
Semua itu sebab hamba telah menjadi manusia serakah yang mementingkan urusan perut sendiri. Lalu masih layakkah  hamba menjadi abdi-Mu sedang Engkau Maha Pengasih, masih layakkah hamba menjadi abdi-Mu, sendangkan engkau Maha Peduli.  

Wahai Yang Maha Pengasih, Engkau selalu membelai dengan kasih. Wahai yang Maha Ringan Menolong, Engakau selalu menolong karena Engkau Maha Peduli. Bila Engkau berkenan menjadikan hamba bagian dari hamba-hambaMu yang shaleh, jadikan hamba orang-orang yang memiliki kepedulian dan kasih sayang kepada sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar