"Orang yang mengerjakan kebaikan seberat dzarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-Nya. Dan orang orang yang mengerjakan kejahatan seberat dzarahpun, niscaya dia akan melihat balasan-nya pula (Qs. Az-Zalzalah:7-8)
Rasululah menyatakan bahwa cakupan ayat ini luas, dalam, dan syarat makna. Suatu hari Sha'sha'ah bin Muawiyah, paman al-Farazdaq menghadap Rasullulah, kemudian membaca ayat tersebut. Mendengar ayat tersebut dibacakan Rasullulah berkata; " cukuplah bagiku, Aku tak peduli jika tidakmendengar yang lain."(HR.Ahmad)
Ayat diatas memberikan penjelassan yang gamblang tentang tanggung jawab. Balasan konsekuensi dari sebuah tanggung jawab. Jika melakukan perbuatan baik maka balasan yang diterima juga baik. Begitu juga sebaliknya.
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti kami akan mendatangkan pahala bagi-nya. Dan cukuplah kami sebagai pembuat perhitungan. (Qs. Al-Anbiya:47)
Dalam hal ini, Al-Quran menjamin bahwa "seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain (Qs.Al-An'am:164), dan bahwasanya"seorang manusia tiada memperoleh pahala melainkan apa yang telah diusahakannya. (Qs.An-Najm:39)
Dengan tegas, Al-quran menempatkan balasan tiap-tiap perbuatan seadil-adilnya; baik atau pun buruk;
Orang yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan mereka dengan pahala yang lebih baik dari yang telah mereka kerjakan.(Qs.An-Nahl:97)
Dalam ayat ini, Allah memberikan jaminan balasan ketentraman bagi amal saleh yang dikerjakan atas dasar iman. Ketentraman yang berupa kehidupan indah tersebut bukan hanya diperoleh diaherat semata, lebih dari itu, juga bisa dirasakan di dunia. Allah berfirman;
" Dan sesungguhnya kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Qs. An-Nahl:97)"
Dengan kata lain amal saleh tidak hanya mendatangkan kebahagian setelah selesai dikerjakan, akan tetapi juga memberikan ketenangan jiwa, ketentraman hati, serta kebahagian perasaan saat dikerjakan.
Allah kemudian menerangkan tiang penyangga kebaikan. Salah satu diantaranya adalah takwa.
Orang yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizeki dari arah yang tak disangka-sangka.(QS-Atth-Thalaq:2-3)
Jadi takwa dapat menghilangkan rasa gundah, serta menepis rasa resah dan gelisah. Dalam surah yang lain Allah menjelaskan mampaat takwa;
Jikalau sekiranya penduduk negri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.(Qs. Al-A'raf:96)
Berdasarkan ayat ini, dapat disimpulkan, bahwa ketakwaan tidak hanya bermampaat bagi orang yang melakukan, tetapi bermampaat juga bagi masyarakat sekitar. Begitu juga perbuatan buruk dan keji juga memiliki konsekuensi yang sama.
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang,(yaitu) orang-orang yang apa bila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apa bila mereka menukar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. (Qs.Al-Muthaffifin:1-3)
Kecelakaan dalam ayat ini masudnya adalah kerugian besar dan hilangnya kebahagian. Petaka ini akan dirasakan semua orang yang curang; melebihkan takaran untuk dirinya sendiri, dan mengurangi takaran untuk orang lain.
Mungkin ada yang bertanya, pebuatan baik apa yang harus dilaksanakan, dan perbuatan buruk yang mana yang harus dijauhi? jawaban atas pertanyaan ini sejatinya telah diterangkan oleh Allah dengan gamblang dalam kitab-Nya, dan oleh utusan-Nya. Apabila seorang mukmin, karena iman yang tertanam dalam sanubarinya, mengerjakan segala yang Allah perintahkan dan menjauhi semua yang Allah larang, berarti Ia telah berpegang teguh pada agama Allah.
Orang yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Qs.Ali Imran:101)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar