Waskita,cermat atau awas dalam penglihatan batin. Memiliki ketepatan dan akurasi tinggi dalam membaca bahasa alam. Semua kemampuan itu tidak semata berdasarkan kemampuan ragawi, kemampuan otak,nalar, atau apalah sebutannya. Tetapi kita lupa bahwa instrumen otak yang telah mensinkronkan diri dengan kesadaran sukma akan dapat menerima berbagai peristiwa gaib yang masuk akal. Jika masih dianggab mengada-ngada, tak masuk akal, hal itu dikarenakan otak belum mampu menerima kesadaran sukmawi.
Demikian sebaliknya, jika memahami satu keyakinan hanya berdasarkan "katanya" tentu saja masih akan dicerna atau dikelola oleh otak kiri secara dominan. Akibatnya terjadi stagnansi dalam kesadaran spritualnya.Bahkan yang paling parah adalah tidak sadar kalau diri kita sedang tidak sadar. Karenanya, dogma yang hanya dipahami secara mentah-mentah,harfiah tampa adanya upaya pemahaman secara konteksual,ensesial,hakekat, Ia cendrung membelenggu kesadaran kita. Kesadaran kita bagai terperangkapmasuk kedalam "kapsul" kesadaran semu. Alias kesadaran didalam"goa" , kesadaran yang masih didalam "tempurung".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar