Ini adalah catatan yang membuat saya tersentak akan sesuatu yang belum saya lihat di Jawa dan Indonesia. Beberapa waktu lalu saya kunjungan kebeberapa kelompok javanisme di Suriname. Tak hentinya saya bersyukur, karena disanalah saya temukan "permata" yang hilang. Dimana ada beberapa fenomena yang maasih benar-benar asli dan belum tersentuh oleh sumber-sumber selain adat Jawa yang sesungguhnya. Baik itu berupa ajaran Jawa, benda-benda pusaka, dan tata kehidupan nenek moyang' Wong Jowo' yang telah lama hilang jejaknya.
Pewaris kebudayaan Suriname masih sangatlah eksis,tidak sedikit mereka teramat bangga menyandang atribut-atribut budaya Jawa termasuk nama anak cucunya seperti Sukamto, Paimin, Kaminah, dll. Baju sorjan, baju beskap, balangkon, gamelan, juga merupakan simbol-simbol bahwa masyarakat Suriname terus ingin menunjukan jati dirinya sebagai wong Jawa.
Berkembangnya beberapa perkumpulan dari leluhur masyarakat Jawa Suriname, seperti Sunar Ing Mulyo Sejati, Kasedhan Jati, Pernatan Adat Jawa, kelompok Javanologi,Sapto Dharmo, Sanggar Pambekti Kasokman, Kajawan, dan lain-lain. Sungguh merupakan fenomena yang mengharukan, manakala kita sudah sedikit sekali peduli akan pelestarian budaya Jawa, sedangkan yang sangat jauh disana betul-betul berusaha semaksimal mungkin melestarikan ajaran-ajaran dan budaya Jawa. Dari sekian kelompok ada yang memiliki anggota puluhan orang bahkan ada yang sampai ribuan orang yang seakan-akan selalu siap mengabdi pada lestarinya budaya Jawa. Meskipun kadang karena fanatisme dapat menimbulkan perbedaan pendapat antar kelompok.
Namun ini merupakan bukti bahwa masyarakat Jawa Suriname memegang teguh ajaran Jawa. Disisi lain kelompok yang tidak sependapat menganggap sebagai sebuah agama baru yang disebut agama Jawa. Padahal jika ditelusuri lebih jauh hal ini disebabkan oleh terputusnya tali penghubung antara laku dengan ngilmu/ajaran, ngilmu dengan kaweruh, dan kaweruh dengan hakekat kasampurnaan. Karena bagaimanapun itu merupakan perwujudan manembah maring gusti kanti ageman sejati.
Ada yang menarik dan sangat dominan di kelompok Suriname, dimana sebagian besar kelompok tersebut membina,mengajarkan, dan menyakini akan lahirnya Satrio Sejati.Ciri has orang Jawa adalah gemar menjalankan laku prihatin, dalam pencarian jati diri dalam mengenal diri sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Agung. Manusia sebenarnya sudah memiliki identitas kodrat yang kita sebut dengan nama panggilan, identitas lahiriyah berupa sidik jari, susunan gigi,rentina mata. Sedangkan rekaman hidup merupakan pembawa identitas batiniyah. Identitas itulah sebagai kode kodrat jalan kehidupan manusia dari sebelum dilahirkan hingga ahir zaman. Dalam perjalanan kehidupan manusia harus mengerti dan menjalani urip sejati sak jatining urip. Melalui proses pengabdian kepada sang pencipta dengan manembah rogo, manembah roso, manembah cipto. Melalui tahapan itulah maka keyakinan kelahiran satrio sejati akan terwujud. Sungguh naif jika kita memahami satriyo sejati adalah seseoran yang sakti. Dengan kesaktian dan kelebihannya tiba-tiba merubah tatanan kehidupan. Satriyo sejati tidak memandang gender, suku, agama, ras, golongan. Satriyo Sejati bisa laki-laki, bisa juga perempuan, bisa rakyat jelata, tua atau muda, pemimpin ataupun yang dipimpin dan siapa saja.Tatanan kehidupan tidak bisa dirubah dalam sekejap. Lewat lahirnya satriyo-satriyo itulah menjadi titik balik peradaban. Jika satu diantara seratus penduduk bumi adalah Satrio sejati, maka akan ada Satrio Sejati yang akan siap menunutun akan hakekat kehidupan yang lebih baik. Meramal kedatangan Satriyo sejati adalah bagai mencari tulang tampa isi. Terlebih lagi yang mengaku ngaku sebagai striyo piningit. Satriyo Sejati itu sudah ada pada diri kita. Manusia diciptakan sebagai khalifah/pemimpin dimuka bumi. Setiap diri harus mampu memimpin dirinya masing-masing. Sehingga jelas akan mudah membawa kaumnya kejalan yang benar dan tatanan kehidupan yang baik.Kedudukan tidak semestinya diperebutkan.. Satriyo Sejati hanya mengenal Fastabikul khoirat, berprilaku rill lebih banyak berbuat dari pada berbicara.
Adam adalah khalifah pertama dimuka bumi. Ketaatan. Adam adalah sebagai perwujudan manembah kepada sang pencipta. Implementasinya dengan kunci sirulah,dzaullah, sipatulah, menjadi sumber ajaran Suriname. Pemahaman tentang bopo Adam, ibu Hawa adalah hakekat kembalinya pangabekti kepada pendahulu dan hakikat kekhalifahan manusia dimuka bumi. Nenek moyang merupakan ibu ibunya kita dimuka bumi, maka ujungnya adalah ajaran Adam Hawa, bahwa ibu saya adalah Hawa bapak saya adalah Adam.
Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk mewujudkan Satriyo Sejati. Ajaran Jawa Suriname meskinya dilengkapi dengan kunci selanjutnya. Dimana sirulah, Dzatullah,sipatullah, harus dilengkapi dengan kunci Muhamad sebagai kunci pembuka nur Muhamad. Sedangkan para nabi yang lain adalah penyambung. Yang membawa konsep maujudnya. Pada dasarnya sumber dari segala ajaran adalah bapak Adam ibu Hawa. Muhamad adalah Rasul penyempurna dari dari Nabi-Nabi sebelumnya. Dan satu-satunya pemberi safaat diahir zaman.
Di perkumpulan Banyu Mataram telah diajarkan tentang tahapan dan alur dari pemahaman/pameling/kaweruh tentang ajaran Satriyo Sejati dengan menyibak rahasia porbo waseso sehingga menduduki tahapan kasampurnan sebagai Asmo Sejati. Dalam bagan akan tampak perjalanan laku kehidupan manusia, dimana jalan sebelah kiri adalah koridor Jin,setan,Iblis, sedangkan jalan alur sebelah kanan adalah jalan kodratullah Insyaalah akan selalu mendapat ridho Allah SWT.
Jika Negara ini telah banyak Satriyo Sejatinnya maka itulah disebut Negara/bangsa yang telah memayu hayuning bawono.
Catatan Dari Bpk.Sriyono
Pembimbing Ponco Moyo Banyu Mataram dan pemerhati budaya dan kebatinan Jawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar