Rabu, 30 November 2011

Keragaman konsep kebatinan Jawa

Batin manusia sungguh wahana hidup yang sentral. Orang jawa bilang , batin itu lembut ngungkuli banyu agal ngungkuli gunung, masudnya batin itu lebih lembut dari air,sebaliknya dia bisa lebih kuat dan lebih besar dari gunung. Jadi batin memang amat fleksibel, bersipat lentur dan adaptif. Jadi merumuskan apa batin itu, harus berada pada tataran antara lembut dan kuat. Untuk mendapatkan rumusan kebatinan jawa itu tidaklah mudah. Oleh karena yang kita tangkap itu fenomena halus,sulit diraba, dan hanya dapat diterka. Apalagi kebatinan itu adalah suatu wilayah yang sensitif, penuh dengan endapan pengalaman panjang, yang senantiasa mencatat hidup ini dari waktu kewaktu. Namun setidaknya dibawah ini ada beberapa batasan yang terangkum;

Pertama, dari sisi etimologi, batin itu wilayah kejiwaan manusia. Batin itu tidak tampak. Kebatinan tentu terkait dengan kejiwaan, kebatinan berasal dari kata "batin" dengan mendapat awalan "ke" dan ahiran "an". Kata batin sendiri berasal dari bahasa arab yang artinya adalah tersembunyi. Masudnya, batin hanya dapat dipahami lewat tanda-tanda non batin(lahir).
Batin itu dipakai untuk menunjukan sipat, dengan sipat batin itu manusia merasa dirinya lepas dari segala yang semu. Batin juga digunakan sebagai sipat keunggulan ter-hadap perbuatan lahir. Batin yang akan mengarahkan pekerti lahir.

Kebatinan adalah kebudayaan spritual keraton jawa, yang berasal dari jaman yang sangat tua dan tidak mengalami perkembangan yang unik pula. Tradisi pewarisan budaya keraton, memang sebagian berasal dari abdi dalem keraton. Orang keraton biasanya menguasai laku-laku batin. Memahami hakekat hidup,dan lahiriah manusia tidak dapat intervinsi terhadap batin.

Kedua, dari sisi aktivitasnya, kebatinan ialah semua pikiran atau tindakan yang berdasarkan kekuatan gaib (supranatural) yang mencari dan ingin mengetahui kenyataan dibelakang fenomena alam. Kebatinan adalah suatu pencarian secara metafisik akan suatu keselarasan didalam batin orang, keselarasan antara batin sendiri dengan sesama manusia dan alam. Kebatinan merupakan paduan dari akul-tisme,metafisika,mistik. dan dokrin-dokrin lainnya suatu ramuan khas kebolehan orang jawa untuk mengadakan synthesis.

Berdasarkan aktivitas luhur sehari-hari, kebatinan adalah konsepsi hidup yang bernuasa sepi ing pamrih, rame ing gawe, mamayu hayuning bawana. Artinya, kebatinan adalah tidak punya masud yang menguntungkan,giat berkerja,berupaya untuk mensejahterakan dunia.
Kebatinan adalah rumusan orang jawa untuk, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, agar dapat mencapai kesejahteraan.

Ketiga, dari aspek ruang lingkup, kebatinan adalah inti hidup orang jawa. Dengan kebatinan orang jawa bisa melampui batas-batas kewajaran. Yang dimasud kewajaran adalah dunia yang kasatmata. Melalui sumbu kebatinan jawa, daya pemikiran orang jawa mampu mencapai hal-hal yang metafisika. Oleh sebab itu, kebatinan jawa dinyatakan sebagai inti kehidupan kejawen.
Kejawen, adalah paham atau ajaran orang jawa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

keempat, berdasarkan cita-cita luhur kebatinan. Kebatinan adalah sumber asas dan sila ketuhanan yang maha esa untuk mencapai budi yang luhur, guna kesempur-naan hidup.

kelima, berdasarkan upaya religiussitas, kebatianan adalah suatu ilmu atas dasar ketuhanan yang absolut, yang mempelajari kenyataan dan mengenal hubungan langsung dengan Allah tanpa perantara. Penganut kebatinan berkeyakinan bagi seorang hamba yang suci rohnya akan mampu berkomonikasi langsung dengan tuhan. Mereka mengakui bahwa ajarannya itu merupakan wahyu atau wangsit dari tuhan. Setiap penganut kebatinan jawa, akan mengangap bahwa ajaran mereka diterima melalui wangsit. Pengendapan ajaran digembleng melalui laku yang dalam.

Keenam, berdasarkan tindakan mistik, kehidupan manusia merupakan bagian dari alam semesta yang abadi, dimana manusia seakan-akan " hanya berhenti sebentar untuk minum", dalam menjalani perjalanan yang tiada henti-hentinya, untuk mencapai tujuan ahirnya, yaitu bersatu dengan dzat jati. Untuk mencapai tujuan tersebut hal yang sangat mutlak perlu adalah kemauan dan kemampuan untuk melepaskan diri dari kebendaan, yaitu memiliki sipat rela untuk melepaskan hak milik,pikiran atau perasaan untuk memiliki serta keinginan untuk memiliki. Melalui sikap rohaniah ini orang dapat membebaskan diri dari berbagai kekuatan serta pengaruh dunia kebendaan disekitarnya.
kemampuan untuk membebaskan diri dari dunia kebendaan dan kehidupan duniawi juga melibatkan narima, yaitu sikap menerima nasib dengan rela. Kemampuan untuk memiliki sikap-sikap seperti itu dapat diperoleh dengan hidup sederhana.
Pemikiran kebatinan yang hakiki hendaknya sampai pada pada keterpaduan antara kawula -Gusti secara total. Dari enam dasar pemaknaan tersebut, tampak bahwa kebatinan merupakan bentuk keyakinan yang memiliki tujuan mulia. Kebatianan memiliki arah untuk menuntun hidup di dunia dan di aherat.


Jumat, 11 November 2011

Jika Air Mata Mengalir sampai ke Arasy...

Menangislah karena rindu dan cinta, seperti tangisan Nabi Syu'aib as, ketika matanya buta, kemudian Allah SWT mengembalikan penglihattannya kembali hingga sembuh, kemudian beliau menangis lagi hingga buta lagi, sampai tiga kali. Lalu Allah SWT memberikan wahyu kepadanya; "wahai Syu'aib, bila tangisanmau karena engkau takut neraka, aku sudah benar-benar mengamankan dirimu dari neraka. Dan bila tangisanmu karena surga, aku sudah mewajibkan dirimu surga."
" Tidak ya Tuhanku, namun aku menangis karena aku rindu ingin memandangmu..." kata Nabi Syua'ib As. Kemudian Allah SWT menurunkan wahyu kepadanya: " sungguh wahai Syua'ib! sangat benar orang yang menghendaki-Ku, menangis dari dalam rindu kepadaku. Untuk penyakit ini tidak ada obatnya kecualli bertemu denganku.

Diriwayatkan bahwa Nabi Muhamad SAW, bersabda; " bila seorang hamba menangis karena takut kepada Allah atas masalah umat, sungguh Allah memberikan rahmat kepada umat itu, karena tangisan umat tadi."

Rabiah ra, berkata, " Aku menangis selama sepuluh tahun, karena merasa jauh dari Allah, dan sepuluh tahun lagi menangis karena bersama Allah,dan menangis sepuluh tahun lagi karena menuju Allah." Menangis karena bersama Allah, disebabkan karena sangat berharap kepada-Nya. Sedangkan menangis jauh kepada Allah disebabkan sangat takut kepada-Nya. Adapun menangis menuju Allah, karena sangat rindu kepada-Nya.

Diriwayatkan bahwa Nabi Adam As, ketika diturunkan dari surga, Ia menangis sampai air matanya menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, lalu Allah swt mewahyukan padanya; "tangisan ini karena kehilangan surga, lalu mana tangisan karena meninggalkan khidmah bakti kepada-Ku?"

Lalu Nabi Adam terkejut, hingga sampai pada kalimat ikhlas,lalu berucap, " Laa illaaha illah anta subhannaka ..."( tiada tuhan selain engkau, maha suci engkau).

Dikisahkan bahwa Rabiah-Rahimahallahu Ta'alla- suatu hari sedang lewat disalah satu jalan di Basrah, tiba-tiba ada tetesan yang menetes dari kesedihan, lalu ia bertanya, tetesan apakah ini? lalu dijawab, itu dari tangisan Hasan. "Rabi'ah lalu berkata katakan semua ya pada Hasan, seandainya air mata bertambah terus hingga sampai ke arasy sana, sebagai rasa cinta kepada Allah SWT, sungguh air mata itu sangat sedikit.