Sabtu, 29 Januari 2011

" WAHAI ORANG YANG BERTAUBAT"



Barang siapa menjaga lisannya dari kata-kata yang
sia-sia, Ia akan bisa menjaga jiwanya.


Pertaubataan merupakan awal seorang hamba menjadi pelaku sufi atau zahid. Di zaman khalifah Abu bakar As Shiddiq, Abu Wail Syaqiq bin Salamah pernah mengikuti kaum murtad, tetapi Ia segera bertobat setelah ditawan oleh Khalid bin Walid.
Abu Wail termasuk salah satu gollongan tabi'in, generasi setelah sahabat Nabi Saw.

Orang yang mengamalkan hidub zuhud (tidak mementingkan kehidupan duniawi, dan hanya mendekatkan diri kepada Allah SWT).
Setelah Allah SWT memberikan hidayah kepada Abu Wail untuk kembali memeluk Islam, lelaki yang lahir pada tahun 1 Hijriyah belajar kepada para sahabat, seperti; Umar bin Khatthab, Ustman bib Affan, Ali bin Abi Thalib, Amr bin Ash, Abu Musa bin Al-Asy'ari,Abu Hurairah, Ummu Salamah, dan terutama Ibnu mas'ud, sehingga Abu wail termasuk dalam jajaran derazat yang salih. Abdulah bin Mas'ud yang lama menjadi gurunya dikota Kufah (Irak) selalu menyebutnya, "Wahai orang yang bertaubat."
Ada satu pendidikan yang sangat membekas di hati Abu Wail. Suatu ketika Ibnu Mas'ud pernah berpapasan dengan Abu Wail, yang kala itu sedang membawa mushaf Al-Qur'an yang berhiaskan emas. Ibnu Mas'ud berkata; " sungguh yang paling baik untuk menghias Al-Qur'an adalah membacanya dengan benar."
Ashim bin Abu Nujud, imam para qari' yang hidup sezaman dengannya memberikan kesaksian' "Aku tidak pernah melihat Abu wail berpaling dalam sahalatnya, begitu juga selain shalat."
Ashim pernah mendengar Abu Wail berdo'a saat sujud. Diantara do'anya;
" Tuhan, ampunilah aku! Tuhan, maafkanlah aku! jika engkau memaafkan aku, panjangkanlah keutamaanku, jika engkau mengazabku, bukan oleh orang yang zhalim padaku."
Kemudian Abu Wail menangis hingga kedengaran sampai keluar masjid.
Ashim kembali memberikan kesaksian," Aku tidak pernah mendengar Abu Wail mencaci manusia atau bahkan binatang."
Az-Zabarqand, ulama yang lain menceritakan, "Suatu ketika aku bersama Abu Wail. Lalu aku mencaci Al-Hajjal bin Yusuf (gubenur Kufah) dan menyebut-nyebut keburukannya.
Abu Wail berkata, " jangan mencacinya. Siapa tau dia berdo'a; Ya Allah ampunilah aku, maka Allah mengampuninya."
Inilah keutamaam yang diberikan Allah untuk menjaga lisan seseorang. Barang siapa menjaga lisannya dari kata yang sia-sia, Ia akan menjaga jiwanya.

Berhati-hati pada pemberian

Abu Wail juga terkenal sangat berhati-hati menerima pemberian dari orang lain. Untuk menjaga hidupnya bersih dengan harta yang halal, Abu Wail selektif menerima pekerjaan dari para pejabat umayah. Karena Al-Hajjaj, sebagai gubenur memerintah dengan kejam dan zhalim, sehingga harta pemerintahannya dianggap penuh subhat.
Abu Wail juga pernah mendapat cobaan bertemu dengan Al-Hajjaj, yang memanggilnya keistana. Sebagai warga negara yang baik Ia memenuhi panggilan itu, meski tetap waspada.
Ketika keduanya bertemu' Al-Hajjaj bertanya; "siapa namamu?"
Abu Wail langsung menjawab; "tidak mungkin seorang amir memanggilku kalau tidak tau siapa namaku."
"Kapan engkau tinggal di negri ini?"
"pada malam-malam penduduknya menetap."
" Apa yang engkau baca dari Al-Qur'an?"
"Aku membaca Al-Qur'an yang kalau kuikuti akan mencukupiku."
"Kami ingin menugasimu sesuatu."
"Pekerjaan apa?"
"Sisilah."
"Sisilah tidak pantas kecuali bagi mereka yang melakukannya (meneladani para pendahulu). kalau engkau minta bantuanku, engkau minta tolong kepada seorang yang lemah. Kalau Amir memafkanku, itulah yang kucintai."

Abu Wail Syaqiq bin Salamah meninggal pada tahun 82 Hijriyah di kota Kufah (Irak).


Jumat, 28 Januari 2011

MENDIDIK ANAK



CARA MENDIDIK ANAK ;


  • Jika anak dibesarkan dengan celaan, Ia belajar memaki.
  • Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, Ia belajar berkelahi.
  • Jika anak dibesarkan dengan cemohan, Ia belajar rendah diri.
  • Jika anak dibesarkan dengan penghianaan, Ia belajar menyesali diri.
  • Jika anak dibesarkan dengan toleransi, Ia belajar menahan diri.
  • Jika anak dibesarkan dengan dorongan, Ia belajar percaya diri.
  • Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, Ia belajar keadilan.
  • Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.

KEYAKINAN-KEYAKINAN YANG HARUS DIMILIKI ANAK;


  1. keyakinan bahwa agama itu adalah satu-satunya pedoman yang mampu membuat manusia mencapai hidup bahagia yang permanen di dunia. Tanpa agama manusia hanya mampu mencapai kebahagian semu.
  2. Keyakinaan bahwa semua perintah agama itu tidak ada yang tidak bermamfaat langsung bagi pelakunya di dunia ini.
  3. keyakinan bahwa Islam itu adalah agama yang terbaik.
  4. keyakinan bahwa Al-Qur'an itu ciptaan tuhan, pedoman hidup yang sangat logis, memuat seluruh aspek pengetahuan agar manusia dapat bahagia di dunia dan masuk surga di ahirat kelak.
  5. keyakinan bahwa satu-satunya kebenaran di dunia ini adalah Al-Qur'an dan satu-satunya suri tauladan hidup hanyalah Rasullulah saw.
  6. keyakinan bahwa Allah tidak akan ingkar janji. Apa pun yang telah dijanjikan-Nya dalam Al-Qur'an tidak mungkin dilanggar-Nya.
  7. keyakinan bahwa penyelesaian suatu masalah/problem harus dengan cara yang di atur Allah dalam Al-Qur'an dan hadits Rasullulah saw.
  8. keyakinan bahwa dalam memahami ajaran Islam harus terpadu, yaitu selalu "membawa" 6236 ayat Al-Qur'an serta contoh-contoh yang ditunjukan oleh Rasullulah saw.
  9. keyakinan bahwa manusia diturunkan dibumi ini hanya sekejab saja yaitu semata-mata untuk di uji ketaatannya dalam melaksanakan "aturan main" Tuhan guna menentukan tempatnya nanti dikehidupan abadi.
  10. keyakinan bahwa kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau; ahirat itulah yang sebenar-benarnya kehidupan.
  11. keyakinan bahwa manusia terbaik itu adalah yang paling mampu untuk taat pada "aturan main" Tuhan (taqwa).
  12. keyakinan bahwa iman manusia itu tidak stabil (naik turun).
  13. keyakinan bahwa ilmu yang bermampaat itu adalah ilmu yang memudahkan pemiliknya selalu taat kepada Allah.
  14. keyakinan kalau setan itu selalu menghasut manusia, agar membangkang pada "aturan main" Tuhan.
  15. keyakinan bahwa kematiaan itu, hanyalah soal waktu saja.
  16. keyakinan bahwa Tuhan tidak akan membebani kita, diluar kemampun kita.
  17. keyakinan bahwa semua yang telah diberikan Allah kepada kita (termasuk musibah) adalah baik; Allah tidak pernah menganiaya hamba-Nya.
  18. keyakinan bahwa do'a adalah senjata ampuh orang mukmin.
  19. keyakinan kalau semua ibadah harus berniat iklas karena Allah.
  20. keyakinan kalau satu-satunya jalan menuju sorga adalah dengan amal saleh.
  21. keyakinan bahwa tidak ada ilmu yang paling tinggi selain "berserah diri".
  22. keyakinan bahwa dosa akan menghitamkan hati.
  23. keyakinan bahwa karunia Allah untuk manusia yang paling tinggi adalah hikmah.
  24. keyakinan bahwa dosa yang tak terampun adalah syirik.
  25. keyakinan bahwa Tuhan tidak menuntut keberhasilan dari perbuattan kita; tetapi Tuhan hanya menuntut usaha-usaha apa yang telah kita lakukan.
  26. keyakinan bahwa setiap individu mempunyai kewajiababn-kewajiban sendiri-sendiri kepada Tuhan. Kita tidak perlu usil apakah orang itu melaksanakan kewjibannya (kepada Tuhan) dengan atau tidak, tugas kita hanyalah sebatas mengingatkannya saja.
  27. keyakinan bahwa kebenaran yang hakiki itu hanya Allah yang mengetauhuinya. Oleh karena itu sangat tidak bijaksana bila kita fanatik pada satu mazhab tertentu.
  28. keyakinan bahwa masalah fikih sampai kapanpun tidak akan dapat diseragamkan.

Hanya Allah saja yang mampu mengubah
pandangan seseorang. Namun hal ini bukanlah
berarti membebaskan kita untuk memberikan
penjelasan-penjelasan yang menyakinkan!


Siapa mendapat cobaan
(kesulitan,kesusahan, kemiski-
nan, dan sebagainya) dalam meme-
lihara atau merawat anak-anaknya,
tetapi dia tetap berusaha merawat me-
reka sebaik-baiknya, maka semua
cobaan itu menjadi dinding
baginya dari neraka.
[HR. Muslim]

Kamis, 27 Januari 2011

WAKTU UNTUK BERTOBAT


"Siapa yang bertobat sebelum matahari terbit, maka Allah menerima tobat dan memafkannya. Sesungguhnya Allah membentangkan tangan diwaktu malam, supaya bertobat orang yang melanggar pada siang hari, juga Allah mengulurkan tangannya pada siang hari, supaya bertobat orang yang berdosa pada waktu malam. Keadaan ini tetap terus hingga matahari terbit dari arah barat" [Hadits riwayat Muslim]



Sebuah gambaran mengenai luasnya ampunan Allah pada orang yang ingin bertobat itu disampaikan oleh Rasullulah Saw dalam bentuk cerita sebagai berikut;


Pada zaman sebelum kalian, ada seorang lelaki yang sudah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Kemudian dia bertanya , siapa yang paling alim pada zaman itu. Lantas padanya disebutkan sorang rahib. Dia menemui rahib tersebut dan berkata; aku sudah membunuh sembilan puluh sembilan orang. " Apakah masih ada pintu tobat untukku?" tannyanya .
Rahib itu menjawab; "Tak mungkin" Lalu dibunuh nya juga rahib itu, jadi ia genap membunuh seratus orang. Kemudian dia menanyakan pula orang yang paling alim pada zaman itu. Maka dia pun ditunjukan pada seorang alim. Dikatakannya pada alim itu bahwa dia telah membunuh seratus orang. " Apakah pintu tobat masih terbuka untuknya?" Orang alim itu menjawab; Ya, ada. Siapa pula yang merintangi untukmu untuk bertobat.
Tinggalkanlah negrimu ini, pergilah kenegri yang penduduknya gemar beribadat kepada Allah. Lantas beribadatlah kamu bersama mereka. Jangan kembali lagi kenegrimu ini. Maka pergilah dia mengikuti saran orang alim tersebut. Dalam perjalanan tiba-tiba "maut" menjemputnya.
Malaikat rahmat dan malaikat Adhab berselisih pendapat tentang orang itu.
Malaikat rahmat berkata; Dia datang dalam keadaan tobat dan dengan sepenuh hati ke haribaan Allah.
Malaikat Adhab menyahut; Dia sama sekali belum pernah melakukan amal kebaikan sampai ahir hayatnya.
Kemudian datang seorang malaikat yang menyamar sebagai anak Adam, dan kedua mereka mengakatnya sebagai juru penengah. Dan dia memutuskan; "Ukurlah jarak ia dengan kedua negri itu. Dia akan menjadi pemilik negri dimana ia berada lebih dekat"
Lantas Allah mewahyukan kepada negri maksiat agar menjauh, dan kepada negri tobat untuk mendekat. Mereka mengukur dia dengan kedua negri itu. Dan ternyata dia sejengkal lebih dekat dengan negri tobat. Lantas dia pun diampuni!

Kesimpulan dari cerita diatas;

Ucapkanlah Istigfar dengan perasaan menyesal setiap kali kita gagal dalam menaati kehendak Allah dan Rasullulah (lupa berzikir,bergunjing,berperangsaka buruk, emosi, berbohong, bertindak zalim. iri dengki, dan lain sebagainya).

Demikian pentingnya Istigfar ini, sehinnga Rasullulah saw. bersabda;

"Barang siapa selalu beristigfar, maka
Allah menjadikan baginya kelapangan dari
setiap kesusahan, jalan keluar dari setiap ke-
sempitan dan memberinya rizki dari
arah yang tidak terkirakan."
[Imam Abu Daud & Ibn Majah ]

Rabu, 26 Januari 2011

KISAH PENDETA YAHUDI YANG MENDAPAT HIDAYAH ALLAH


Pada suatu hari Rasullulah kedatangan seorang badui yang berkata; Hai Rasullulah , kaum di desaku yang telah masuk Islam pernah kukatakan jika mereka masuk Islam pasti akan mendapatkan rezeki yang berlimpah. Kini mereka dalam keadaan kelaparan. Aku takut jika mereka keluar dari Islam, sebagaimana mereka masuk Islam dengan satu tujuan (makanan). Jika engkau bersedia menolong mereka dengan makanan, maka aku bersedia membawanya.
Maka beliau menoleh kepada Ali bin Abi Thalib yang berada disebelahnya dan Ali berkata; Ya Rasullulah, mereka tidak mempunyai makanan sedikit pun. Disaat itu muncul seseorang yang menawarkan kurma seraya berkata kepada beliau;" Hai, Muhamad maukah engkau berhutang kurma, dengan pembayarannya beberapa waktu?" Nabi setuju, dan kurma itu langsung dibawa orang Badui, yang membutuhkan makanan itu. Selang beberapa hari sebelum jatuh tempo pembayaran, orang itu datang kepada Rasul untuk menagih. Sambil menarik keras baju sorban yang beliau pakai, orang itu berkata; " Hai Muhamad, bayarlah hutangmu, demi Allah, aku lihat semua Nabi Abdul Muthalib itu suka menunda pembayaran hutang."
Di saat itu Umar berkata dengan marah: "Hai, seteru Allah, apakah kamu berani berbuat dan memaki Nabi seperti itu? Sungguh jika tidak dilarang aku akan membunuhmu!"
Rasullulah Saw. dengan tenang berkata kepada Umar, Hai Umar, bayarlah hutangku padanya, dan tambahkan 20 gantang kurma sebagai ganti ucapanmu tadi." Maka Umar pun segera melaksanakan perintah Rasullulah itu. Di saat itu orang tersebut berkata, " Hai Umar, tahukah engkau siapakah aku ini sebenarnya?"
Jawab Umar: Aku tidak tau. Maka orang itu berkata," Aku adalah Zaid bin Sa'nah, pendeta Yahudi." Lalu Umar bertanya;" apa sebabnya kamu berbuat sedemikian kasar kepada Rasullulah" Pendeta Yahudi itu menjawab, " Hai Umar, ketika aku melihat wajah beliau, aku lihat tanda kenabian diwajah beliau, kecuali dua perkara saja yang belum aku buktikan, yaitu kesabaran dan ketingian budi beliau. Setelah aku buktikan kedua hal tersebut, maka saksikan oleh mu hai Umar, bahwa aku masuk Islam dan saksikan juga bahwa separuh hartaku akan aku sedekahkan kepada kaum Muslimin."
Menurut catatan sejarah, sejak saat itu Zaid bin Sa'nah ikut Rasullulah dalam berbagai macam peperangan dan Ia gugur sebagai syuhada dalam perang Tabuk.

Selasa, 25 Januari 2011

BUAH MAJA

Sejak zaman dulu nenek moyang kita mengenal buah Maja, yaitu buah yang mengilhami Raden Wijaya menamakan kerajaanya dengan nama Majapahit.
Buah Maja bentuknya sangat menarik, hampir-hampir menyerupai buah semangka. Bagi orang-orang yang sedang dahaga, buah Maja ini terlihat sangat menantang. Tetapi ketika orang mencoba memakannya, maka ia akan kecewa, karena buah Maja ini rasanya pahit bukan kepalang!

Di zaman modern seperti sekarang ini, buah Maja sudah berubah bentuk, walaupun tetap menantang; yaitu kemewahan.
Para ahli hikmah hikmah yang mampu melihat jauh kedalam, sepakat menyimpulkan bahwa kemewahan hidup akan menggiring manusia kedalam kepahitan, yaitu terpuruk kedalam jurang kehancuran. fakta pun menunjukan, gaya hidup yang penuh kemewahan akan membuat orang menjadi lalai akan tujuan kehadirannya di dunia; berpikiran pendek, tidak mempunyai idealisme yang luhur, serta jauh dari cita-cita mulia.

Ibnu Khaldun pernah mengatakan bahwa kehidupan mewah akan merusak manusia. Ia menanamkan pada diri manusia berbagai macam kejelekan, kebohongan, dan prilaku hidup buruk lainnya. Nilai-nilai agung akan hilang dari dirinya, dan berganti dengan nilai-nilai bejat yang merupakan sinyal kehancuran menuju kepunahan.

Banyak orang yang mengejar kemewahan mengambil jalan pintas; mengabaikan nilai-nilai ahlak atau rambu-rambu moral. Bukankah adanya penipuan, perampokan, penyalah gunaan kekuasaan(korupsi), bermuara dari keinginan untuk hidup mewah?

Para bijak mengatakan, kemudahan rezeki yang diperoleh, hendaknya tidak membuat kita lupa diri terperosok dalam gaya hidup bermewah-mewah yang jauh dari kesederhanaan. Dunia memang indah, namun harus disadari ahirat jauh lebih manis dan kekal abadi.
Rasululah mengingatkan bahayanya hidup bermewahan dengan sabdanya yang terkenal;

" Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan diantara kalian sepeninggalku nanti ialah terbuka lebarnya kemewahan dan keindahan dunia ini padamu" [HR.Bukhari & Muslim]

Orang yang berperilaku hidup mewah, sudah terbukti cendrung membangkang pada perintah-perintah Tuhan. Kecendrungan ini boleh jadi sudah merupakan sunatullah, sebagai mana yang di isyaratkan oleh Allah dalam firman-Nya sebagai berikut ini;

Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam dalam negeri itu....
[ Al-Isra(17):16]


"Merasa puas terhadap apa yang diperoleh,
membuat orang fakir seolah kaya-raya;

Sedangkan serakah,
dapat membuat arang kaya seolah-olah fakir!"

KEUTAMAAN AZAN

Telah bersabda Nabi Muhamad saw; Tiga kelompok manusia yang kelak pada hari kiamat, menghuni tempat yang harum semerbak karena wewangian misk hitam, tiada hisab yang menakutkan mereka, tiada kecemasan apapun yang menyentuh mereka, sampai manusia lainnya selesai dari urusannya masing-masing;
  1. Seorang yang membaca Al-Qur'an semata-mata demi keridhaan Allah (Azza wa jalla) dan mengimani suatu kaum yang semua mereka senang kepadanya.
  2. Seorang yang mengumandangkan azan di masjid dan berdo,a kepada Allah, semata-mata demi keridhaan-Nya.
  3. Seorang yang beroleh cobaan dengan rizki duniawi yang banyak, namun hal itu tidak melalaikanya dari amalan-amalan untuk aherat. [Hadist Tirmizi dari Ibnu Umar]
"Tiada mahluk apa pun, manusia, jin, atau lainnya, yang mendengar seruan muazin, kecuali Ia pasti akan menjadi saksi bagi si muazin pada hari kiamat" [Bukhari dan Nasa-i]

" Tangan Allah maha pengasih selalu diatas kepala seorang muazin sampai ia selesai dari azannya" [Tabrani dalam Al-Aushath]

Ada sebagian Ahli tafsir mengatakan bahwa yang dimasud dengan firman Allah;

"Siapakah yang lebih baik perkataannya, daripada orang yang menyeru kepada Allah. mengerjakan amal saleh dan berkata dengan sesungguhnya; 'Aku termasuk orang yang menyerah diri' mereka itu adalah para muazin." [Ibnu Syaibah dalam Al-Mushannaf]

Telah berkata Said bin Musyyab; " Barang siapa shalat ditempat yang sepi, Malaikat akan berdiri bershalat disamping kanannya dan disamping kirinya. Jika ia (sebelum shalat itu) menyerukan azan dan iqamat, akan bershalatlah dibelakangnya malaikat yang amat sangat banyak jumlahnya"

Minggu, 23 Januari 2011

MARI BERSYUKUR SETIAP WAKTU

Pernahkah Anda berpikir berapa kekayaan setiap orang jika di hargai dengan uang?Berapakah harga tubuh manusia jika diuangkan? Berapa harga hidung, telinga, mulut, dan apa saja yang menjadi bagian tubuh manusia jika diuangkan?
Saat mata kita sehat, kita tidak pernah berpikir betapa berharganya mata kita. Coba saja jika suatu saat mata Anda buta, kebetulan Anda memiliki tabungan miliyaran rupiah, apa yang Anda lakukan? Anda pasti akan membayar berapa miliyarpun agar penglihatan Anda kembali seperti semula. Tak peduli kalau waktu itu tabungan Anda akan terkuras habis

Sudah banyak bukti, kalau orang-orang yang berpunya sanggup mengorbankan hartanya sebanyak apapun demi mengembalikan kesehatannya; demi sembuh dari penyakit jantung, lever, kangker, kelumpuhan, kecacattan, dll.
Jika sudah demikian, semestinya kita sadar, betapa kayanya setiap diri kita; harta jika secara meteri kita bukan orang berpunya. Bukankah kita akan tetap mempertahankan mata, hidung, atau bagian tubuh yang lain, meski ada orang lain yang ingin membelinya dengan harga yang sangat mahal. Kitapun tidak akan mau menyewakan nafas kita barang lima atau sepuluh menit, meskipun harga sewanya miliyaran rupiah? sebab kita sangat paham tidak bernafas lima sampai sepuluh menit dapat beresiko kita dapat mati lemas.
Belum lagi jika kita berusaha meneliti udara yang kita hirup saat bernafas. Pikirkan pula air yang kita gunakan untuk minum,mandi,mencuci, dll. Renungkan pula bumi yang kita pijak, sinar matahari yang selalu menyinari dipagi hari, sinar rembulan yang selalu menghiasi ketika malam, pemandangan alam yang indah, laut yang luas, sungai yang mengalir, air hujan yang turun membasahi bumi,dll. Bagaimana jika semua itu harus kita beli? Berapa rupiah yang harus kita kita keluarkan untuk membelinya?

Namun Alhamdulilah, semua kekayaan dan kemewahan itu Allah berikan kepada kita secara cuma-cuma, tak sepersen pun kita dipungut Allah SWT, untuk membayar nikmat yang luar biasa itu.
Amat pantaslah jika Allah SWT dalam Al-Qurran surah Arrahman mengajukan berkali-kali pertanyaan kepada manusia; Fa bi ayyi ala'i Rabbikuma tukadziban (nikmat Tuhan manakah yang kalian dustakan)? Lebih dari itu, Dialah tuhan yang mengurus kita siang-malam tanpa pernah meminta upah secuil pun. Maha besar Allah yang berfirman (yang artinya); Katakanlah ," siapakah yang dapat memelihara kalian pada waktu malam dan siang hari selain Zat yang Maha Pemurah? [QS Al-Anbiya(21):42]

Pertanyaanya; sudahkah atas semua itu kita bersyukur? ataukah kita malah sering berlaku sombong dan takabur? Sudah berapa miliyar kali Hamdalah kita ucapkan untuk-Nya? Ataukah kita sering berhianat kepada-Nya? Na'audzubilah.

Semoga kita semua menjadi hamba Allah SWT yang selalu bersukur disetiap waktu atas segala karunia-Nya yang luar biasa itu, bukan hamba yang takabur apa lagi kufur kepada-Nya. Paling tidak, hal itu dibuktikan dengan keseriusan dan ketekunan kita dalam beribadah dan bertaqarrub kepada-Nya; dalam menaati segala titah-Nya; mengorbankan apa saja untuk agama-Nya; serta berjuang menegakkan akidah dan syariah-Nya demi kemuliaan Islam dan umatnya. Amin.

Jumat, 21 Januari 2011

MENCARI KEBENARAN

"Demi masa, dan cahanya di pagi hari. Demi bulan bulan ia mengiringi (matahari). Demi malam tiba ia menutupinya. Demi langit yang dibina padanya. Demi bumi yang dibentangkan padanya. Demi sukma dan penyempurnaannya."
[QS.91 surat Asy Syams (matahari) ayat 1-2]


Saya akan sampaikan sekelumit kisah, bagaimana Nabi Muhamad SAW ketika ia sedang merenung dan berpikir untuk mencari sebuah kebenaran.
Di puncak gunung Hira, sebelah utara kota Mekah, terletak sebuah gua yang baik sekali untuk menyendiri dan tafakur. Sepanjang bulan Rahmadhan, setiap tahun Muhamad pergi kesana, dan berdiam ditempat itu, dengan hanya membawa sedikit bekal.
Muhamad bertekun dalam renungan dan ibadah. Jauh dari segala kesibukan hidup dan keributan manusia. Ia mencari kebenaran dan kebenaran semata.
Demikian kuatnya Muhamad merenung mencari hakikat kebenaran itu, sehingga Ia lupa akan dirinya, lupa makan, lupa segalanya yang ada dalam hidup ini. Sebab segala yang dilihatnya dalam manusia sekitarnya bukan suatu kebenaran. Disitu Muhamad mengukapkan kesadaran batinnya, segala yang disadarinya.
Muhamad tidak berharap yang dicarinya itu akan terdapat di dalam kisah-kisah lama, atau didalam tulisan-tulisan pendeta, melainkan dalam alam semesta. Dalam luasan langit dan bintang-bintang,dalam bulan dan matahari, dalam padang pasir dikala panas membakar dibawah sinar matahari yang berkilauan. Atau kala langit yang jernih dan indah, bermandikan cahaya bulan dan bintang yang lembut, atau dalam laut dan deboran ombak, dan dalam segala yang ada dibalik itu, yang ada hubungannya dengan wujud ini, serta diliputi seluruh kesatuan wujud. Dalam hal itulah Muhamad mencari "hakikat tertinggi". Dalam usaha mencapai itu, pada saat-saat Muhamad menyendiri, jiwanya membumbung tinggi mencapai hubungan dengan alam semesta ini, menembus takbir yang menyimpan semua rahasia. Muhamad tidak memerlukan perenungan yang panjang guna mengetahui apa yang dipraktekkan oleh masyarakatnya dalam soal-soal hidup dan apa yang disajikan sebagai korban-korbannya untuk Tuhan-Tuhan mereka itu. Dan tidak membawa kebenaran sama sekali.

Tetapi! ah, dimana gerangan kebenaran itu! dimana kebenaran dalam alam semeta yang luas ini, luas dengan buminya, dengan lapisan langit dan bintang-bintangnya. Adakah dalam bintang yang bekelip-kelip memancarkan cahaya?... Tidak! bintang-bintang itu tidak lain adalah benda-benda langit seperti bumi ini juga. Atau dibalik benda-benda itu terdapat eter yang tidak terbatas, tak berkesudahan?

Tetapi apa eter itu? Apakah hidup yang kita alami sekarang dan besok akan berkesudahan? apakah asalnya dan dari mana sumbernya? kebetulan sajakah bumi ini diciptakan dan dijadikan pula kita didalamnya?. Tetapi baik bumi atau hidup itu sudah mempunyai ketentuan yang pasti dan tidak berubah-rubah, yang tidak mungkin hanya kebetulan semata. Apa yang dialami manusia kebaikan atau keburukan, datang atas kehendak manusia itu sendiri, ataukah itu sudah dibawanya saat Ia lahir sehingga tak kuasa memilih yang lainnya?

Masalah-masalah kejiwaan dan kerohanian itu, juga dipikirkan oleh Muhamad ketika Ia mengasingkan diri dan bertekun didalam gua Hira. Muhamad ingin melihat "kebenaran" dan melihat hidup itu seutuhnya. Pemikiran seluruh hal itu memenuhi jantungnya, pribadinya dan seluruh wujudnya. Siang dan malam hal itu menderanya terus menerus. Bila bulan Rahmadhan berlalu Ia kembali kepada Khadijah (istrinya), pengaruh pikiran yang masih membekas pada dirinya membuat Khadijah selalu menanyakannya, karena Iapun ingin lega hatinya bila diketahuinya Muhamad dalam keadaan sehat dan afiat. Ini sesuai dengan dasar renungan dan pemikiran yang didambakan Muhamad.

Tahun telah berganti tahun dan kini telah tiba pula bulan Rahmadhan. Muhamad bertambah matang, dan jiwanya pun semakin penuh. Sesudah beberapa tahun jiwa yang terbawa "kebenaran tertinggi" itu, bermimpi dalam tidurnya dengan mimpi yang hakiki, yang memancarkan cahaya kebenaran yang selama ini dicarinya.

Kamis, 20 Januari 2011

ZAMAN INI DAN PENGHUNINYA

Kejujuran dan orang-orang jujur
telah berlalu
bahagia telah tiada
Tak usah engkau
menuntut kejujuran dari
penghuni zaman ini
Mereka tidak memilikinya

Dan tidak mengenalnya
mereka telah bergelimang dalam
noda dan dosa
Mereka dikuasai
oleh nafsu dan syahwat
Maka, katakanlah; "Yaa Rabbi,
jauhkan kami
dari fitnah yang keji itu"

Tidak ada kebaikan yang tersisa
pada diri penghuni zaman ini
mereka telah tinggalkan
Al-Qur'an,ilmu dan sunah
Celaka!
Dungu!
Acaplah aku nyaris putus asa
Acapkali aku merasa
tertindih dan terpenjara

HIDUP SEPERTI MENANAM BENIH

Jika hidup seperti menanam benih, mengapa harus memaksakan memetik buah sebelum panen??? kita akan panen besar ketika buah sudah matang dan tiba waktunya untuk di panen.

Namun ketika buah masih muda, dan kita memaksakan untuk memanennya dengan segala cara, maka buahnya akan terasa pahit dimakan.

Karena hidup seperti menanam benih maka tugas kita yang terbaik adalah menjalankan prosesnya, mengikuti takaran pupuk dan pengairan, belajar beradapsi dengan segala musim dan menuntut ilmu yang banyak bagaimana cara berhasil bercocok tanam.

Jika kita menjalankan cara bercocok tanam yang benar, maka jika tiba saatnya panen, kita akan tersenyum puas dengan hasil yang di dapat. Jerih payah selama berbulan-bulan atau bertahun tahun akan terbayar dengan kenikmatan yang tak terperikan.

Seyognya itulah" cara yang benar" jika kita ingin hidup selamat dunia-ahirat, bahagia dunia-ahirat.

Jalani prosesnya,mengikuti aturan, niscaya PANEN KEBAIKAN akan kita terima dihari pembalasan kelak....


Selasa, 18 Januari 2011

MANUSIA = KERBAU??????

Seorang ahli hikmah bertutur, bahwa manusia terkadang sangat pintar sehingga mampu memecahkan rahasia alam yang rumit-rumit tetapi terkadang manusia terjerembab pada keadaan yang teramat bodoh. Coba pikir, semua manusia meyakini bahwa dirinya pasti akan mengalami mati. Dan semua manusia dewasa pasti juga sudah pernah melihat orang yang telah menemui ajalnya.
Ia telah melihat temannya berguguran satu demi satu, bahkan Ia ikut mengantarkannya ke liang kubur, namun Ia tetap saja bersenda gurau menikmati dengan rakusnya kelezatan dunia tanpa berusaha keras mengumpulkan bekal ahirat.

Bukankah sebenarnya semua manusia sekarang ini sedang mengantri gilirannya untuk kembali ke alam asalnya semula?.
Kerbau pun demikian..., meskipun tempat penjagalan hanya berjarak beberapa meter darinya, Ia tetap saja memakan rumputan segar dengan lahapnya. Kalau kerbau itu mau berpikir, tentu Ia akan menyadari kalau gilirannya di jagal mungkin tinggal beberapa menit lagi, dan tentunya Ia akan berupaya dengan sekuat tenaga untuk melarikan diri dari tempat itu, atau setidaknya tentulah nafsu makannya akan hilang.

" Tiap-tiap yang berjiwa, akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukan kedalam surga, maka sungguhlah Ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan [QS Ali-'Imran(3):185]

Minggu, 16 Januari 2011

KEMATIAN HANYA KETIADAAN HIDUP DI DUNIA

Ayat-ayat Al-Qurran dan hadits Nabi menunjukan bahwa kematian bukanlah ketiadaan hidup secara mutlak, tetapi ia adalah ketiadaan hidup di dunia, dalam arti bahwa manusia pada hakekatnya masih tetap hidup di alam lain dan dengan cara yang tidak diketahui sepenuhnya.

Janganlah kamu menduga bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, tetapi mereka tetap hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki [QS Ali-Imran (3):169]

Janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang meninggal dijalan Allah bahwa " mereka itu telah mati", sebenarnya mereka hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya [QS Al-Baqarah (2):154]

Imam Bukhari meriwayatkan melalui sahabat Nabi Al-Bara'bin Azib, bahwa Rasullulah SAW, bersabda ketika putra beliau, Ibrahim, meninggal dunia,"sesungguhnya untuk Dia (Ibrahim) ada seseorang yang menyusukannya di surga."

Sejarawan Ibnu Ishak dan lain-lain meriwayatkan bahwa ketika orang-orang musyrik yang tewas dalam peperangan Badar dikuburkan dalam satu perigi oleh Nabi dan sahabat-sahabatnya, beliau "bertanya" kepada mereka yang telah tewas itu;" wahai penghuni perigi! adakah kamu telah menemukan apa yang dijanjikan Tuhanmu itu benar-banar ada? Aku telah mendapati apa yang telah dijanjikan Tuhanku."

"Rasul" mengapa Anda berbicara dengan orang-orang yang telah tewas?" tanya para sahabat. Rasul menjawab: Ma antum bi asma' mimma aqul minhum, walakinnahum la yastathi'una an yujibuni ( Kamu sekalian tidak lebih mendengar dari mereka, tetapi mereka tidak dapat menjawabku).

Mengapa Takut Mati?

Al-Qurran telah menjelaskan bahwa hidup diahirat jauh lebih baik dari pada hidup di dunia.

" Sesungguhnya ahirat itu lebih baik untukmu dari pada dunia [ QS Al-Dhuha (93):4]

Yang mati mendadak atau yang normal, kesemuanya mengalami apa yang dinamakan sakarat al-maut[sekarat], yakni hilangnya kesadaran yang di ikutti lepasnya ruh dari jasad.

Kematian hampir sama prosesnya ketika kita akan tidur. Seseorang merasa kantuk kemudian tertidur. Surat Al- Zumar (39): 42 yang dikutip selama ini mendukung pandangan yang mempersamakan mati dengan tidur. Dalam hadits pun diajarkan bahwasnya tidur identik dengan kematian. Bukankah yang diajarkan Rasullulah SAW. untuk dibaca pada saat bangun tidur adalah;

"segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami (membangunkan dari tidur), setelah mematikan kami (menidurkan). Dan pada-Nya jua kebangkitan (kelak).

Kalau demikian, mati itu sendiri "lezat dan nikmat", bukankah tidur itu demikian? tetapi tentu saja ada faktor-faktor eks yang menjadikan kematian menjadi lebih nikmat dari tidur atau menjadikannya menjadi lebih mengerikan dari pada mimpi-mimpi buruk yang dialami manusia. Faktor eks itu muncul dan diakibatkan amal manusia yang diperankannya dalam kehidupan di dunia ini.

Disisi lain, manusia dapat "menghibur" dirinya dalam menghadapi kematian dengan jalan selalu mengingat dan menyakini bahwa setiap manusia pasti akan mati, tidak seorang pun yang luput darinya, kareana "kematian" adalah resiko hidup. Al-Qurran menyatakan; "bahwa setiap jiwa akan merasakan kematian [ QS Ali-Imran(3):83]

Sebagai seorang mukmin agar tidak khwatir dalam menghadapi kematian, sementara yang tidak beriman atau yang durhaka diajak untuk bersiap-bersiap menghadapi berbagai ancaman dan siksaan.

Semoga kita semua mendapatkan keridhaan Ilahi dan surga-Nya.

Kamis, 13 Januari 2011

Sibuk Mengurus Hati

Suatu ketika seorang Arab datang ingin berguru kepada Abu Said Abul Khair, seorang tokoh sufi yang terkenal karena keramahannya dan gemar mengajar tasawuf dipengajian-pengajian.
Rumah guru sufi terletak ditengah-tengah padang pasir. Ketika orang itu tiba, Abul Khair sedang memimpin majlis semaan (acara mendengarkan orang-orang membaca do'a).
Ditengah para pengikutnya, Abul Khair membaca Al-Fatihah. Ia tiba pada ayat; ghairil maghdubi alaihim, walaz zalim. Orang Arab itu berpikir, :"bagaimana mungkin aku berguru kepadanya, baca Al-Qurran saja ia tidak bisa." Orang itu mengurungkan niatnya untuk belajar kepada Abul Khair.
Begitu orang itu keluar, Ia dihadang seekor singga padang pasir yang buas. Ia mundur, tetapi dibelakangnya ada seeokor singa lain yang menghalanginya. Lelaki Arab itu memnjerit keras karena ketakutan. Mendengar teriakannya, Abul Khair keluar meninggalkan majlisnya. Ia menatap kedua ekor singa tersebut dan menegur mereka. " Bukankah sudah kubilang jangan ganggu tamuku!" kedua singa itu bersimpuh dihadapan Abul Khair.
Sang sufi lalu mengelus telinga keduanya, lalu menyuruhnya pergi. Lelaki Arab itu keheranan, "bagaimana Anda dapat menaklukan singa-singa yang begitu liar itu?" Abul Khair menjawab; "Aku sibuk memperhatikan urusan hatiku.Untuk kesibukan memperhatikan hati ini, Tuhan menaklukkan seluruh alam semesta kepadaku. Sedangkan kamu sibuk memperhatkan hal-hal yang bersipat lahiriah saja,karena itu kamu takut kepada seluruh alam semesta.

Rabu, 12 Januari 2011

Menatap Masa Depan Di Pergantian Tahun

Di setiap ahir tahun dan awal tahun, penduduk dunia memperingati pergantian waktu. Termasuk juga bangsa Indonesia. Khazana itu identik dengan pesta pora, yang pesertanya semua lapisan umur, mulai anak-anak, remaja, orang dewasa, dari tukang becak hingga para pejabat.


Pesta pora itu bagi anak-anak remaja disebagian kota besar, adalah pawai keliling kota dengan naik motor. Dikampung-kampung, baik pelosok desa maupun perkotaan, menyelenggarakan pesta bakar jagung, masak-masak bakar ikan, dan lainnya. Yang beruang,pengusaha, pejabat, menggelar pesta di hotel-hotel, tempat hiburan, pantai, dan lainnya dengan nyanyi-nyanyi, makan-makan, dan minum-minum. Puncaknya adalah dengan meniup terompet sekeras-kerasnya,dan membakar kembang api.
Untuk waktu semalam itu, menggelar pesta dengan harapan selama setahun kedepan kondisi menjadi lebih baik.
Bagi kita umat Islam, menyambut tahun baru 2011 M ini hendaknya seperti menyambut tahun baru Hijriyah. Yaitu dengan tafakur, berserah diri kepada Allah. Berzikir" Hasbunallah Wanikmal Wakil,Ni'mal Maula Wa Niman Nasiir". Membaca istigfar, dan tahli "Laa Ilaha Illallah" yang dibaca sebanyak-banyaknya dan kemudian berdo'a dengan do'a ahir tahun.
Hal ini tentu akan membawa dampak yang luar biasa bagi perjalan hidup manusia secara tidak langsung. Allah akan mengabulkan do'a-do'a tersebut sehingga dalam pergantian tahun ini, menjadikan hal buruk akan ditangguhkan Allah. Pergantian tahun ini menunjukan bahwa umur kita semakin bertambah banyak dan semakin tua. Kalau tidak dimanfaatkan dengan baik untuk berkerja keras dan bertaqwa kepada Allah, maka akan sia-sia belaka. Dosa semakin bertambah.Tentu masalah kehidupan kita semakin bertambah. Karena manusia tentunya tidak terlepas dari masalah. Kalau tidak bisa mengatasi masalah tentunya akan semakin menderita.
Bagi orang-orang yang lanjut usia, kondisi fisik menjadi semakin rapuh, daya ingat menurun, intinya gampang penyakittan, karena segala penyakit mudah masuk. Hal ini tidak dapat dipungkiri, maka yang paling baik adalah memperbanyak membaca istigfar.

Agar hidup lebih baik menatap perubahan tahun baru 2011, ada resep mujarab bagi kita sebagai sebagai orang muslim, yaitu tetap selalu optimis, percaya diri dalam mengatasi setiap persoalan yang semakin banyak, jangan menyerah, harus yakin, harus percaya, dan harus mengimani bahwa hari esok harus lebih baik, tahun depan pasti lebih baik lagi.
Yang paling penting adalah mensyukuri yang ada, nikmati yang ada, hargai setiap prestasi yang sudah dicapai. Yakinlah bahwa; Rezeki sudah ada yang mengatur, kita harus ikhtiar untuk menyambut dan menjemputnya.

Kegagallan dan keberhasilan, baik dan buruk, miskin dan kaya, sedih dan bahagia adalah pasangan, yang bisa dilakukan adalah memohon penuh pengharapan kepada Allah agar kita diberi kemampuan untuk mendapat keberhasilan dan kesuksesan, dekat dengan kebahagiaan terhindar dari keburukan.

Oleh karena itu sambutlah setiap perubahan pada tahun 2011 ini dengan optimis, syukuri yang sudah ada, hargai setiap prestasi yang sudah dicapai. Jangan sampai menyerah menghadapi masalah kehidupan di dunia.

Selamat tahun baru, tahun 2011 adalah milik Anda. Tahun baru adalah harapan, tantangan, dan pekerjaan baru yang harus diselesaikan dengan suka cita bukan duka cita.

Senin, 10 Januari 2011

SANG SUFI SEJATI


Tanda-tanda sufi sejati antara lain; hatinya terbang dengan sayap-sayap rindu. Pilar-pilarnya tegak diatas jalan Allah Ta'ala, bagi Allah Ta'ala dengan penuh penantian yang elok dan telungkup diremuk redam jiwanya.
Menghapal kepada sang Diraja tanpa sedikitpun berpaling dari-Nya, karena melihat kerajaan-Nya, disamping lari dari mahluk, karena dendam rindu dan manisnya asmara bersama Robbul'alamin.
Kembali kepada Allah Ta'ala, berpegang teguh pada-Nya, menetap bersama-Nya, tanpa berpaling kepada mahluk-Nya.
Hampir-hampir qalbunya bicara serba langit, pengetahuanya selalu Robbaniyah,hasratnya hanyalah tunggal, ruhnya hidup, takdirnya penuh cahaya dan makna-makna rahasia hanya kembali kepada ke Esaan-Nya.
Seluruh hasrat kehendaknya adalah kehendak yang dikehendaki Allah Ta'ala, penuh syukur baik secara lahir maupun batin agar tidak terjerumus dalam samudra kefakiran. Hati dan lisanya terus berzikir kapan dan dimana pun berada, agar tidak terlelapkan kealpaan.
Ia pun tahu bahwa tuhan-Nya melihatnya, dan dari tingkat yang luhur

Kamis, 06 Januari 2011

PEMBANGKANGAN PADA ALLAH DAN RASULNYA AKAN BERAKHIR DENGAN KESENGSARAAN

Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya pasti akan mendapatkan kehinaan sebagaimana orang-orang yang sebelum mereka telah mendapatkan kehinaan. Sesungguhnya kami telah menurunkan bukti-bukti yang nyata. Dan bagi orang-orang yang kafir ada siksa yang menghinakan. Al-Mujaadilah (58):5

Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina. Al-Mujaadilah (58):20

Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata "alangkah baiknya, andaikata dahulu kami taat kepada Allah dan taat pula pada Rasul." Al-Ahzab (33):66



Manusia yang diibaratkan sebagai kacang yang lupa akan kulitnya:


Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba Ia menjadi musuh yang nyata! Yasiin (36):77


Asal dari semua pembangkangan adalah karena rela menuruti hawa nafsu.
Sedangkan asal dari ketaatan, adalah karena ketidak relaan jiwa manusia menuruti Nafsu.

NIAT SEBAGAI JIWA IBADAH

Sebagaimana dimaklumi, ibadah itu adalah semata-mata kegiatan yang dilakukan hanya untuk Allah belaka.Dengan perkataan lain, bila kita melaksanakan suatu pekerjaan yang serupa dengan ibadah tetapi tampa kesadaran tampa diniatkan kalau pekerjaan itu semata-mata karena Allah atau rasulNya,maka pekerjaan tersebut tidak dikategorikan sebagai ibadah. Sebagai contoh; orang yang berkerja mencari uang semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,tidaklah dapat dikategorikan ibadah. Orang tersebut hanyalah mendapat ganjaran dunia, sedangkan ahirat berupa pahala tidaklah diterimanya. Jadi dengan demikian jelaslah bahwa yang menjadi syarat agar pengabdian atau ibadah itu sah adalah niat. Mungkin itulah sebabnya Rasullulah SAW pernah bersabda:

"Sesungguhnya ada orang yang secara lahirriah terlihat berbuat amal ahli surga , padahal ia ahli neraka. Dan ada seseorang yang secara lahiriah ia berbuat amal ahli neraka, padahal ia ahli surga" (Bukhari&Muslim).

" Sesungguhya segala amal itu ditinjau, dari niatnya, dan setiap orang akan diganjar sesuai dengan apa yang ia niatkan."

" Jika engkau beramal untuk dunia, maka engkau akan mendapatkan dunia, tetapi jika engkau beramal untuk ahirat, maka engkau akan mendapatkan ahirat dan dunia juga."

" Apa bila seorang muslim memberikan belanja kepada keluarganya semata-mata karena mematuhi perintah Allah, maka ia akan mendapatkan pahala" (HR. Bukhari).

Secara pisikologis pun dapat dibuktikan, bila suatu tindakan tidak diniatkan karena Allah, maka sikap seperti ini akan memperkuat sikap ke akuan (ego). Bukanlah egoisme itu tirai baja yang menghalangi manusia untuk melihat tuhan.

" Seringkali Amal yang kecil menjadi besar karena baik niatnya, dan seringkali pula amal yang besar menjadi kecil karena salah niatnya".

Rabu, 05 Januari 2011

PESAN PERDAMAIAN BAGI SESAMA MUSLIM

Ketahuilah bahwa hamba-hamba yang dimuliakan Allah SWT, membawa peralatan perang kemudian mempergunakannya pada jalan yang salah, bukan untuk berjihad melawan orang-orang kafir, adalah sumber berbagai kejahatan dan penyebab berbagai kekejian, serta upaya memasuki dunia hitam. Oleh sebab itulah bagi yang membawa senjata atau yang baru belajar menggunakannya harus berpegang teguh pada kitabullah berikut syariat Rasullulah SAW.
Diriwayatkan dari Abu Musa r.a. bahwa Rasullualah SAW. "Akan datang suatu zaman dimana fitnah saat itu tersebar luas laksana malam gelap gulita. Seseorang yang paginya masih beriman, berubah kafir ketika sore menjelang, atau beriman diwaktu sore kemudian berubah kafir saat fajar menyinsing. Orang yang duduk lebih baik dari pada berdiri,orang yang berjalan lebih baik dari pada yang berkerja. Maka, pecahkanlah kekerasan kalian, putuskanlah tali panah kalian, serta tebaskanlah pedang kalian pada batu. Kalau musuh-musuhmu memasukimu, maka bersikaplah sepeti anak manusia yang baik." (HR. Abu Dawud,Tirmidzi).

Dalam riwayat lain ditambahkan "apa yang akan kau perintahkan untuk kami? tanya sahabat, "diamlah dirumahmu" Jawab Rasululah SAW. Demikian kutipan dari 'Taisirul Wushul'.

Dari hadis diatas dapat ditarik satu kesimpulan, bahwa apa bila terjadi pertempuran antar sesama kaum muslimin, jangan melakukan perampasan,perampokan, atau penyitaan hak milik. Meninggalkan semua perbuatan keji tersebut adalah suatu keniscayaan, suatu kebaikan, serta suatu kemuliaan. Sebab orang yang terjebak dengan perbuatan jahat yang berkenaan dengan hak-hak orang lain termasuk golongan dosa-dosa besar, yang menyerupai kafir, bahkan bisa kafir secara nyata.

Bagi siapa saja yang masih menyimpan nafsu angkara, mengikuti hawa nafsu, adat-kebiasaan, tipu daya setan, menghasut, memfitnah, iri-dengki, dan merusak martabat berikut harta orang lain, maka sesungguh Ia sedang berusaha membinasakan diri dan menghancurkan agama. Apa lagi Dia mengajari anak-anaknya untuk melakukan semua itu---- maka dia menganggap perbuatan tersebut adalah prestasi besar. Azab Allah yang akan diterima di ahirat lebih parah dan menyakitkan.